Dr. Edi Istiyono Kembangkan Pengukuran Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika

Salah satu dosen Pendidikan Fisika FMIPA UNY, Dr. Edi Istiyono, M.Si. lulus doktor kependidikan pada program studi PEP yang ke 126 dan PPs UNY ke 209. Dosen ini lulus pendidikan jenjang S-3 setelah berhasil mempertahankan penelitian yang berjudul “Pengukuran Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika Peserta Didik SMA di DIY”.

Di bawah bimbingan Prof. Djemari Mardapi, Ph.D. dan Suparno, Ph.D., penelitian ini dilakukan dengan melibatkan kepala sekolah dan guru Fisika dari 15 SMAN di DIY. Dari sana diperoleh informasi bahwa sebagian besar tes di sekolah, baik pada mid maupun akhir semester umumnya mempergunakan tes pilihan ganda. Sehingga hal itu masih menjadi tes primadona untuk mengukur hasil belajar siswa, belum pernah memakai tes pilihan ganda beralasan.

Penelitian ini bertujuan mengembangkan instrumen pengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi fisika (PhysTHOTS) peserta didik kelas XI SMA dan mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi fisika peserta didik kelas XI SMA di DIY.

Penelitian ini melalui tiga tahapan, yakni: pengembangan awal instrumen, uji coba, dan pengukuran. Tahap pengembangan awal instrumen meliputi penyusunan, telaah dan validasi: kisi-kisi instrumen, butir-butir, dan pedoman penilaian. Validasi dilakukan oleh promotor, ahli pengukuran, ahli fisika, ahli pendidikan fisika, dan praktisi. Instrumen yang terdiri atas dua perangkat yang telah divalidasi diujicobakan pada 1.001 peserta didik. Pelaksanaan pengukuran menggunakan instrumen yang terdiri atas dua perangkat tes yang masing-masing memiliki 26 butir termasuk delapan anchor item pada 1.566 peserta didik. Hasil pengukuran berupa data politomus empat kategori dianalisis mengikuti Partial Credit Model (PCM) menggunakan program QUEST dan Parscale. Program QUEST untuk menguji kecocokan model dan tingkat kesulitan, sedangkan Parscale untuk mendapatkan ability, kurva karakteristik butir, fungsi informasi, dan SEM.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap uji coba dan tahap pengukuran berdasarkan kriteria mean INFIT MNSQ 1,0 dan simpangan baku 0,0, terbukti tes fit dengan PCM. Berdasarkan kriteria batas terendah dan tertinggi INFIT MNSQ 0,77 dan 1,30 sebanyak 44 butir soal dari dua set tes semuanya fit dengan model. Dengan demikian, instrumen PhysTHOTS memenuhi syarat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi fisika peserta didik kelas XI SMA. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi fisika terendah, tertinggi, rerata, dan simpangan baku berturut-turut adalah -4,48; 3,65; 0; dan 1. Sebagian besar kemampuan peserta didik pada level sedang sebanyak 61,11%, dan pada level tinggi serta sangat tinggi berturut-turut 20,75 %; dan 0,19 %. Jadi, kemampuan berpikir tingkat tinggi fisika belum memuaskan. Kemampuan menganalisis dominan pada kategori 2 dan 3, kemampuan mengevaluasi dominan pada kategori 2, dan kemampuan menciptakan dominan pada kategori 1.

Dari penelitian ini berimplikasi bagi guru fisika yang memperoleh rujukan dalam melakukan penilaian. Peneliti mengharapkan agar lebih representatif hendaknya penelitian seperti ini bisa melibatkan jumlah SMA yang lebih banyak. Selain itu, perlunya peningkatan kualitas pembelajaran khususnya fisika agar dapat melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pada akhirnya guru-guru fisika SMA juga perlu dilatih menyusun tes kemampuan berpikir tingkat tinggi agar dapat diterapkan di sekolah masing-masing. (Rb)