Workshop Pengembangan Kurikulum Program Studi di PPs UNY

Sabtu tanggal 15 Maret 2014 yang lalu, bertempat di Aula, PPs UNY menyelenggarakan Workshop Pengembangan Kurikulum Program Studi PPs UNY dengan menghadirkan narasumber Megawati Santoso, Ph.D. (Ketua tim KKNI Pusat) dan Supra Wimbarti, Ph.D. (Dekan Fakultas Psikologi UGM). Acara workshop dihadiri sekitar 125 peserta yang terdiri dari Kaprodi S2 dan S3 PPs, serta Dekan dan perwakilan Kaprodi S1 di lingkungan UNY.

Sebagai pembuka acara workshop yang berlangsung dari pagi hingga sore hari tersebut, Direktur PPs UNY menyampaikan beberapa hal terkait penyelenggaraan kegiatan ini. Beliau menyampaikan bahwa kegiatan ini dilaksanakan sebagai salah satu langkah antisipatif PPs UNY dalam rangkat menyambut KKNI dengan melakukan sinkronisasi learning outcomes untuk program S1 sampai S3 yang ada di UNY. Direktur juga sekaligus membuka secara simbolis acara workshop ini.

Di sesi pleno yang pertama, narasumber Megawati Santoso, Ph.D. menyampaikan banyak hal mengenai KKNI sebagai acuan pengembangan kurikulum pendidikan tinggi di Indonesia. Beliau menegaskan bahwa berbagai fora kerjasama global mau tidak mau memaksa Indonesia untuk membenahi sistem pendidikannya agar SDM Indonesia mampu untuk bersaing dengan SDM negara-negara lain di tingkat global. Menyongsong ASEAN Economic Community 2015, salah satu hal yang menjadi fokus pengembangan di Indonesia adalah di sektor pendidikan. Pendidikan harus dilaksanakan secara profesional di lembaga masing-masing dengan standard tertentu yang telah ditetapkan secara nasional. Kualitas pendidikan harus senantiasa ditingkatkan, misalnya melalui program kerjasama internasional yang sifatnya resiprokal. Bila dibandingkan dengan Negara lain di Asia, tingkat pendidikan SDM di Indonesia masih dapat dikatakan cukup tertinggal karena masih terkonsentrasi di pendidikan menengah dan dasar. Oleh karena itu, Indonesia baru mampu menangani industri menengah ringan saja.

Ibu Megawati juga mengemukakan bahwa Kerangka Kurikulum Nasional  (National Qualifications Frameworks) di negara-negara lain telah dikembangkan sejak 30 tahun yang lalu, sedangkan Indonesia baru mengembangkannya di tahun 2009. KKNI merupakan translation device yang akan berguna untuk menyetarakan keahlian dengan level pendidikan formal melalui empat parameter deskripsi, yaitu sikap dan tata nilai yang berupa deskripsi umum, kemampuan kerja, penguasaan pengetahuan, serta hal/wewenang dan tanggung jawab yang terbagi menjadi 9 level. Untuk mencapai kesetaraan tersebut, maka kurikulum harus bisa mengembangkan kompetensi untuk berbagai bidang yang mungkin akan menjadi area kerja lulusan dengan memasukkan semua working competence dalam learning outcomes. Perumusan learning outcomes ditentukan oleh supply side (institusi penyelenggara pendidikan) dan demand side (pengguna lulusan) dengan mempertimbangkan hal-hal seperti IQF level and descriptors, current curricula, readiness to enter workplace, development of learning system and methodology serta creation of adaptive science and technology development.

Berbagai pertanyaan dan tanggapan muncul dalam sesi tanya jawab yang berlangsung setelah Ibu Megawati menyampaikan paparannya. Beberapa hal yang dibahas antara lain adalah pentingnya untuk menerapkan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan nasional serta pentingnya dilakukan pemetaan ilmu dan teknologi untuk pendidikan tinggi di Indonesia sebagai bahan pertimbangan ketika menyusun kurikulum.

Di sesi selanjutnya dipaparkan mengenai contoh penyusunan kurikulum berdasar KKNI yang dilakukan di Fakultas Psikologi UGM. Paparan mengenai hal ini disampaikan oleh Ibu Supra Wimbarti, Ph.D. yang merupakan Dekan Fakultas Psikologi UGM serta anggota tim KKNI pusat. Ibu Supra menyampaikan beberapa pengalaman Fakultas Psikologi UGM ketika mengembangkan kurikulum berorientasi KKNI untuk program S1, S2, dan S3-nya.

Untuk program S3 Psikologi misalnya, learning outcomes dikembangkan berdasarkan kepakaran dosen yang berhak mengajar, perkembangan keilmuan, local wisdom dan kebutuhan bangsa, serta karakteristik mahasiswa Indonesia. Dari segi keilmuan, linearitas untuk program studi S1, S2, dan S3 penting untuk dipertimbangkan karena hal ini akan menyangkut pengembangan karir lulusan.

Dalam praktiknya, berbagai persiapan perlu dilakukan untuk melaksanakan kurikulum yang baru tersebut, di antaranya adalah persiapan SDM dan fasilitas. Untuk melaksanakan kurikulum baru yang sudah sesuai dengan KKNI, berbagai dukungan baik dari pihak universitas, fakultas, maupun dosen dan tenaga kependidikan amatlah diperlukan.

Setelah kedua narasumber memaparkan mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan KKNI, acara workshop dilanjutkan dengan penyelarasan profil lulusan dan learning outcomes prodi S1, S2, dan S3 di lingkungan UNY yang dilakukan secara berkelompok berdasarkan fakultas. Acara berakhir di sore hari dengan pelaporan hasil perumusan dari tiap kelompok yang dilanjutkan dengan penutupan oleh ketua panitia, Dr. Udik Budi Wibowo. (ts)