Teliti Pendayagunaan Modal Sosial dalam Pendidikan Karakter, Kurotul Aeni berhasil meraih Gelar Doktor

Pembelajaran di sekolah dewasa ini masih dijumpai hanya pada penekanan aspek kognitif saja, belum pada pengembangan aspek afektif dan aspek keterampilan. Serta masih banyak ditemukan pembelajaran yang menitikberatkan pada hafalan-hafalan (penguasaan konsep). Sebagai akibatnya, peserta didik tahu banyak tentang sesuatu, namun mereka kurang memiliki sikap, minat, sistem nilai, maupun apresiasi secara positif terhadap apa yang mereka ketahui. Lingkungan belajar yang menekankan pada pengembangan afektif yakni pembelajaran yang diarahkan pada perkembangan keterampilan dan kepribadian perlu sekali digalakkan. Hal inilah yang menjadi dasar Kurotul Aeni, melakukan penelitian mengenai Pendayagunaan Modal Sosial dalam Pendidikan Karakter dalam rangka penyelesaian tugas akhir disertasinya. Ujian terbuka ini dilaksanakan pada hari Kamis, 19 Novermber 2015 di Aula Lt 3 Gedung Baru PPs UNY.

Pembelajaran di sekolah baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler memiliki peran strategis untuk mendayagunakan modal sosial baik dalam merencanakan, melaksanakan, maupun mengevaluasi pendidikan karakter. Jika modal sosial dikembangkan dengan baik dan benar, maka karakter akan menjadi kuat sehingga pendidikan karakter menjadi bagus. Hal ini akan mengakibatkan tercapainya kualitas karakter dan kualitas akademik peserta didik sesuai dengan apa yang diharapkan. Berkaitan dengan pentingnya pendayagunaan modal sosial dalam pendidikan karakter, maka peneliti memilih dua buah SD yang cukup terkemuka di DIY, yaitu SD Muhammadiyah Sapen dan SD Budi Mulia Dua Yogyakarta sebagai lokasi penelitian. Sehingga fokus penelitian ini menitikberatkan pada bagaimana pendidikan karakter pada budaya sekolah dan proses pembelajaran melalui pendayagunaan modal sosial, perbedaan model pendidikan karakter dan ciri khas pendidikan karakter pada budaya sekolah dan proses pembelajaran melalui pendayagunaan modal sosial di kedua SD tersebut.

Subjek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari kepala sekolah, guru, pengurus yayasan, komite sekolah (wali murid), karyawan, dan peserta didik kelas V. Sedangkan objek penelitian adalah budaya sekolah dan semua kegiatan pembelajaran. Lebih lanjut Kurotul Aeni menjelaskan bahwa pengumpulan data dilakukan di masing-masing sekolah dengan cara mentranskrip semua data yang diperoleh dari hasil wawancara dan mencatat semua fenomena yang terjadi di lapangan. Tahap selanjutnya adalah reduksi data, pengkodean data dan dilanjutkan dengan penyajian data  dengan cara menyusun data yang relevan dalam bentuk uraian teks yang bersifat naratif yang mengungkapkan tentang pendayagunaan modal sosial dalam pendidikan karakter di kedua SD.

Jenis-jenis pendayagunaan modal sosial dalam pendidikan karakter pada budaya dan program sekolah yang diterapkan di SD Muhammadiyah Sapen dan SD Budi Mulia Dua Yogyakarta meliputi: pendayagunaan modal sosial kerjasama dan tindakan kolektif, kelompok dan jaringan, kepercayaan dan solidaritas sosial, informasi dan komunikasi, kohesi dan inklusi sosial, pemberdayaan, norma, bonding, bridging, dan linking.

Penerapan pendayagunaan modal sosial dalam pendidikan karakter di kedua sekolah dapat dikatakann berbeda. Perbedaan yang sesungguhnya dapat dijelaskan dari seberapa luas budaya sekolah yang ditanamkan kepada peserta didik, seberapa banyak program kegiatan yang dilaksanakan dan seberapa baik manajemen dan kemampuan kolaborasi kepala sekolah dengan guru sekolah, civitas akademika, orang tua murid dan masyarakat dalam memaknai dan mendukung pencapaian nilai-nilai karakter yang ditargetkan melalui pendayagunaan modal sosial. Semakin luas aspek budaya sekolah yang ditanamkan kepada peserta didik, semakin tinggi kemampuan guru yang diperlukan dalam menginterpretasikan dan memaknai pendidikan karakter melalui modal sosial dalam penyampaian mata pelajaran. Semakin banyak program serta kegiatan sekolah yang diikuti peserta didik, maka akan semakin luas dan penting capaian karakter yang ditanamkan kepada peserta didik melalui pendayagunaan modal sosial.

Ciri khas pendidikan karakter yang ditanamkan pada kedua SD juga terdapat perbedaan. SD Muhammadiyah Sapen lebih menanamkan karakter kedisiplinan sebagai dasar bagi pembentukan karakter-karakter yang lain dan meghasilkan peserta didik yang religious, disiplin, kerja keras, tekun, percaya diri, kemampuan bersaing dan kritis. Sementara itu di SD Budi Mulia Dua lebih mengutamakan pada penanaman karakter kebersamaan dan penghargaan dengan metode happy learning dan pendampingan akan menghasilkan karakter religious, kebersamaan, menghargai perbedaan, berani dan dinamis.

Dari penelitian ini dapat diketahui keunggulan pendidikan karakter yang diterapkan di SD Muhammadiyah Sapen dan SD Budi Mulia Dua Yogyakarta. Namun dibalik keunggulan ditemukan pula kelemahan. Dengan diketahui adanya kelemahan penerapan pendayagunaan modal sosial, diharapkan hasil penelitian ini dapat sebagai langkah antisipasi dalam penerapan modal sosial yang lebih baik dan efektif yang mampu meningkatkan kualitas peserta didik.

Hasil penelitian promovendus ini mampu dipertahankan di hadapan dewan penguji. Pertanyaan, masukan, sanggahan dari setiap penguji mampu ditanggapi dengan penuh percaya diri dan memuaskan. Oleh karena itu, tim penguji yang dipimpin oleh Prof. Dr. Zuhdan Kun Prasetyo, M.Ed. bersama Dr. Dwi Siswoyo, M.Hum. (Sekretaris), Prof. Zamroni, Ph.D. (Promotor), Prof. Darmiyati Zuchdi, Ed.D. (Co-Promotor), Prof. Dr. Siti Partini Suardiman (Penguji), dan Prof. Sunyoto Usman, Ph.D. (Penguji), telah menyetujui bahwa promovendus mampu mempertahankan hasil penelitiannya.

Hasil sidang dewan penguji menetapkan Kurotul Aeni berhasil meraih gelar doktor kependidikan dalam bidang Ilmu Pendidikan dengan predikat Memuaskan. Dr. Kurotul Aeni merupakan doktor ke-295 yang telah diluluskan PPs UNY. (tina)