SEKOLAH MANDIRI OPTIMALKAN PENCAPAIAN TUJUAN

Ketua Prodi S1 Pendidikan Biologi Universitas Ahmad Dahlan, M. Joko Susilo, M.Pd., sudah berhak menyandang gelar doktor pendidikan PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY),  setelah berhasil mempertahankan disertasinya dihadapan tim penguji yang dipimpin oleh Asisten Direktur I PPS-UNY, Dr. Sugito, MA. Dalam ujian promosi tersebut, M. Joko Susilo memperoleh predikat sangat memuaskan. Dosen Terbaik I UAD tahun 2007  ini meneliti tentang kemandirian sekolah dengan judul Pengembangan Model Evaluasi Kemandirian Sekolah Muhammadiyah di Kabupaten Sleman.

Dalam disertasinya yang diuji oleh sejumlah tim penguji, diantaranya, Prof. Suyata, Ph.D. (Promotor), Prof. Dr. Badrun Kartowagiran (Koopromotor), Prof. Djemari Mardapi, Ph.D., Dr. Ariswan (penguji internal) dan Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes. (penguji eksternal), Joko Susilo menegaskan bahwa realita di lapangan sekolah menengah di perguruan Muhammadiyah  sangat rendah kualitasnya dalam hal kemandirian.

Turut hadir memberikan support dalam ujian promosi, Rektor UAD, Dr. Kasiyarno, didampingi WR I, WR II, WR III, dan Dekan FKIP UAD, Dr. Trikinasih Handayani (merupakan alumni S3 IP PPs UNY) serta para dosen UAD dan undangan lainnya.

Joko dalam disertasinya, menegaskan, bahwa kemandirian sekolah adalah kemampuan sekolah dalam mengelola dan mengembangkan sekolah secara mandiri, sehingga memiliki keunggulan yang khas dan berbeda dengan sekolah lain. Sedangkan yang dikehendaki Muhammadiyah, sekolah mandiri adalah yang mampu mengoptimalkan pencapaian tujuan pendidikan, potensi, dan sumber daya yang dimiliki. Pelaksanaan pembelajarannya menekankan pada pengembangan potensi peserta didik, sehingga mampu menghasilkan output yang berkualitas. “Ciri-ciri sekolah yang memiliki kemandirian antara lain adanya kepercayaan masyarakat dengan bukti banyaknya animo siswa, ada habit yang membentuk budaya yang positif, inovatif, dinamis, dalam lingkungan kerja yang sehat. Selain itu, memperoleh supporting unit dari internal dan eksternal sekolah secara aktif, menjalankan kurikulum yang memiliki nilai-nilai plus, adanya inovasi pembelajaran yang berorientasi pada kemajuan dan kemandirian, ada sumber pendanaan mandiri, dan memiliki capaian prestasi sekolah baik dari level internasional, nasional, regional, maupun lokal“, imbuhnya.

Hasil penelitian yang disingkat dalam model LCBT (Leadership/kepemimpinan, Culture/Budaya, Backing/Dukungan, dan Transactional/Pelaksanaan) memiliki kontribusi pengaruh secara langsung terhadap kemandirian sekolah di Perguruan Muhammadiyah. Riciannya adalah kepemimpinan 0,72, budaya 0.32, dukungan 0.30 dan pelaksanaan aktivitas pendidikan sebesar 0,29. Selain mengevaluasi kemandirian sekolah di lingkungan Muhammadiyah, model hasil temuan konsultan pengembangan mutu sekolah ini dapat juga diimplementasikan pada sekolah pada umumnya. Hal ini memungkinkan karena LCBT mengandung konsep-konsep manajemen dalam pengelolaan sekolah untuk menjadi sekolah yang mandiri dan memiliki keunggulan-keunggulan yang berbasis pada peningkatan kualitas. Model ini juga bisa difungsikan sebagai bahan evaluasi diri sekolah secara jujur, objektif, dan akuntabel, khususnya pada komponen kepemimpinan kepala sekolah, budaya, daya dukung, dan pelaksanaan pendidikan. Secara umum dapat disimpulkan, model ini bisa dmanfaatkan oleh sekolah-sekolah yang menginginkan adanya kemandirian, dan peningkatan mutu. (Rubiman).

.