PENDIDIKAN DI JEPANG: DULU DAN KINI

Pendidikan adalah hak setiap orang, tanpa memandang adanya perbedaan status sosial maupun latar belakang. Demikian disampaikan dosen tamu, seorang ahli mengenai comparative education, dari Hiroshima University, Jepang, Prof. Yutaka Otsuka pada kuliah umum tanggal 17 September 2012 yang lalu di PPs UNY. Dengan dihadiri sejumlah dosen dan mahasiswa S1, S2 dan S3, Prof. Otsuka mengupas secara mendalam mengenai perkembangan sistem pendidikan di Jepang sejak awal hingga sekarang. Beliau mengemukakan bahwa sistem pendidikan yang diberlakukan di Jepang turut memberikan kontribusi yang signifikan yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang pesat di negara tersebut.

Sebagai contohnya, Prof. Otsuka memaparkan beberapa sekolah yang berdiri di abad 15-17 dan berperan penting dalam pengembangan kebijakan pendidikan di Jepang, misalnya sekolah Ashikaga di Perfektur Tochigi. Sekolah tersebut saat itu menawarkan jenjang pendidikan tertinggi di Jepang dan siswanya berasal dari kalangan atas. Sekarang, bangunan sekolah ini  dipergunakan sebagai perpustakaan yang khusus menyimpan karya-karya klasik Cina. Selain sekolah Ashikaga, Prof. Otsuka juga menyampaikan keberadaan sekolah-sekolah lain di masa tersebut, yang banyak dipengaruhi oleh agama, yaitu Sekolah Budha dan Kristen. Sekolah Budha di Five Zen Temples adalah sekolah khusus untuk calon bhiksu. Sekolah tersebut cukup berpengaruh pada masa tersebut dalam pemerintahan di Jepang. Sekolah Kristen yang juga ada pada masa tersebut membawa ide baru bagi sistem pendidikan di Jepang dengan membawa paham bahwa pendidikan terbuka bagi siapa saja, bukan hanya kalangan tertentu saja. Berbagai isu pendidikan yang berkembang kala itu antara lain adalah adanya pemahaman yang bias terhadap budaya tradisional, diskriminasi karena adanya kelas-kelas sosial, serta belum adanya standar yang jelas mengenai durasi pendidikan di tiap jenjang serta isi kurikulum dan evaluasi terhadap siswa.

Pada perkembangan selanjutnya, di akhir abad 19, sistem pendidikan di Jepang semakin terbuka untuk semua kalangan siswa. Sistem pendidikan modern yang pertama di Jepang adalah Gakusei, dengan fokus utama pada pengembangan pribadi siswa secara akademik maupun non-akademik. Sejak masa tersebut, pemerintah mengalokasikan dana yang banyak per tahun untuk pendidikan dan mulai menerapkan standarisasi mengenai jenjang pendidikan, fasilitas, struktur sekolah, hingga kurikulum dan materi pembelajaran. Tidak lupa pula disisipkan berbagai nilai sosial dan budaya kepada siswa dengan tujuan terbentuknya sistem pendidikan yang berakar pada budaya dan karakteristik bangsa. Prof. Otsuka, yang juga merupakan presiden Japan Comparative Education Society, juga menyampaikan bahwa di Jepang, nilai-nilai moral penting untuk ditanamkan pada siswa, mengingat fenomena bunuh diri di kalangan siswa yang angkanya cukup tinggi. Pembinaan karakter merupakan salah satu hal yang ditonjolkan dalam sistem pendidikan di sana.

Selain itu, prioritas utama dalam pendidikan modern di Jepang saat ini adalah tercapainya keharmonisan antara sikap pribadi siswa dan kemampuan mereka untuk bekerjasama dengan orang lain. Hal ini tampak pula dalam pembelajaran di kelas, misalnya melalui berbagai aktivitas yang didesain untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok untuk menumbuhkan tanggung jawab mereka sebagai individu sekaligus anggota kelompok.

Pada saat ini, 90% pemuda Jepang kuliah di perguruan tinggi, baik universitas maupun technical college. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khusus untuk calon guru, pemerintah Jepang membekali mahasiswa dengan training khusus yang wajib mereka ikuti. Training tersebut diselenggarakan setiap tahun dan biayanya ditanggung oleh Pemerintah.

Di akhir kuliah umum tersebut, Prof. Otsuka menggarisbawahi bahwa pendidikan merupakan hal yang penting bagi perkembangan suatu bangsa. Oleh karena itu, penting pula untuk mempelajari berbagai hal terkini yang berkaitan dengan pendidikan baik yang terjadi di negara tersebut maupun di negara lain. (ts)