Model Pendidikan Kader Berbasis Pesantren

Azhar, M.Pd. mengatakan, pesantren merupakan salah satu lembaga atau institusi pendidikan Islam tertua di Indonesia berkonstribusi  sangat besar dalam mencerdaskan kehidupan  bangsa. Dari pesantrenlah lahir tokoh-tokoh masyarakat, ulama, kaum intelektual, dan pemimpin-pemimpin bangsa. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, gerakan Dakwah dan Tajdid, tidak mungkin dilepas dari upaya-upaya pewarisan keyakinan dan cita-cita hidupnya, pewarisan kepribadiannya, kepada generasi muda, generasi penerus, pelangsung, dan penyempurna amal dan perjuangan Muhammadiyah. Semenjak awal kelahirannya usaha-usaha tersebut telah mendapatkan bentuknya sebagai sistem pengkaderan dengan kekayaan tradisi Persyarikatan Muhammadiyah.

Hal tersebut dipresentasikan Kepala MA Bin Baz Piyungan untuk meraih gelar Doktor bidang Ilmu Pendidikan Program Pascasarjana UNY, dengan mengangkat judul “Model Pendidikan Kader  Berbasis Pesantren  di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta”. Karya riset Disertasi ini dipertahankan di hadapan tim penguji : Prof. Dr. Zuhdan K. Prasetyo, M.Ed., Dr. Marzuki , Prof. Dr. Dr. Sutrisno, Prof. Zamroni,Ph.D., dan Dr. Dwi Siswoyo,M.Hum., (promotor merangkap penguji),  bertempat di Aula, kampus PPs UNY, Kamis, 26 Maret 2015.

Di hadapan promotor dan tim penguji, promovendus memaparkan, perlunya dirumuskan konsep yang tepat untuk mengoptimalkan pendidikan kader dan peran pesantren, sehingga di masa depan pesantren dapat muncul sebagai salah satu pusat  institusi pendidikan Islam tingkat menengah yang mengembangkan insan pesantren  menuju terwujudnya generasi muda dan kader/muballigh yang siap terjun ke masyarakat. Bagaimana hal ini  di implementasikan di pendidikan kader pondok pesantren Muallimin Yogyakarta, sebagai estapet dakwah illalloh, berilmu amaliyah, beramal ilmiyah, dan bertaqwa ilahiyah.  Berdasarkan   hal itu,  perlulah dilakukan penelitian untuk mengungkap apakah  Pelaksanaan Pendidikan Kader Berbasis Pesantren di  Madrasah Muallimin Muhammadiyah  Yogyakarta berjalan sesuai dengan harapan atau tidak.

Selanjutnya promovendus mengemukakan bahwa pengambilan data menggunakan teknik pengamatan, wawancara mendalam, dan  dokumentasi. Data dianalisis  dengan  mengadaptasi   model interaktif yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang berulang  dan terus menerus  yaitu reduksi data, penyajian data,  dan verifikasi data/penarikan kesimpulan.

Hasil penelitiannya antara lain pendidikan kader di Madrasah Muallimin mempersiapkan kader organisasi, kemanusiaan, kebangsaan, dan keummatan, di masa mendatang yang kuat dalam hal ketauhidan, kepribadian, dan keilmuan. Selain itu juga mempersiapkan kader ulama, pemimpin, muballigh, dan pendidik melalui proses pendidikan dan pelatihan, serta belajar kemuhammadiyahan di Madrasah Muallimin  lebih mendalam, mencakup  historis, organisatoris, dan ideologis, serta   mampu memeragakan muhammadiyah itu sendiri.

Model pendidikan kader berbasis pesantren meliputi: a) Input: Madrasah Muallimin membuka pendaftaran sebelum UN, pertama cukup menggunakan raport; kedua tes potensi akademik; ketiga  psikotes; keempat  representasi/keterwakilan daerah  dengan menunjukkan rekomendasi pimpinan daerah Muhammadiyah; b) Process: memadukan  sistem sekolah modern dan asrama pesantren  melalui uswah (keteladanan).  Mengacu kepada konsep amal sholih.

Strategi pengaderan melalui  pembinaan: Ideologi, jiwa pensyarikatan,  kepemimpinan, dan  keterampilan.  Dakwah menjiwai seluruh aktivitas muallimin, konsisten mewujudkan visi dan misi yang diamanatkan, sebagai tempat pendidikan dan pembibitan kader-kader pimpinan, pelopor, penerus amal usaha Muhammadiyah; c) Output: 95% lulusannya melanjutkan ke perguruan tinggi. Sebanyak 80% lulusannya memasuki perguruan tinggi sesuai dengan harapan siswa; d) Outcome: alumninya berhasil dengan berbagai profesi dan mengembangkan amal usaha Muhammadiyah di daerah asalnya. Kehidupan budaya Pesantren Muallimin Muahammadiyah membangun: budaya kemandirian, budaya taqwa, budaya al-akhlaqul karimah, budaya disiplin dan berbahasa asing, budaya amar ma’ruf nahi munkar, budaya menghormati yang  tua dan menyayangi yang lebih muda,   kehidupan Islami, diimplementasikan dalam pribadi santri, sehingga terjadilah proses internalisasi secara intensif.

Setelah mampu menanggapi setiap pertanyaan, masukan, bantahan, dan saran dari tim penguji, promovendus dinyatakan berhasil meraih gelar doktor kependiidkan. Dr. Azhar, M.Pd. tercatat sebagi doktor ke 270 di PPs UNY dan ke 40 pada prodi IP. (Rubiman)