Model Decision Support System untuk Pengembangan Program Studi di Perguruan Tinggi

PPs UNY kembali meluluskan Doktor dari Prodi PEP pada Sabtu (22/9). Dr. Adrian berhasil menjadi Doktor ke 148 di PPs UNY dengan disertasi yang berjudul "Model Decision Support System untuk Pengembangan Program Studi di Perguruan Tinggi". Di hadapan dewan penguji yang terdiri dari Wardan Suyanto Ed.D., Prof. Dr. Wuradji, Prof. Dr. Noeng Muhadjir, Herman Dwi Surjono, Ph.D., Prof. Dr. Yoyon Suryono, dan Prof. Djemari Mardapi, Ph.D., Dr. Adrian memaparkan bahwa tujuan dari penelitiannya adalah  untuk menghasilkan model program pendukung pengambilan keputusan (Decision Support System), yang dapat membantu Pimpinan Perguruan Tinggi dalam pengambilan keputusan guna pengembangan sebuah program studi, juga untuk mengevaluasi hasil implementasi Data base Manajemen Sistem dengan Decision Support System. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan  Research and Development  (R&D) atau Penelitian Pengembangan. Model penelitian tersebut dilakukan terlebih dahulu secara surveying, terhadap kesiapan komponen pendukung seperti perguruan tinggi, pangsa pasar dan prosedur pendirian/pengembangan perguruan tinggi melalui studi literatur, dalam penerapan DSS nantinya dan dianalisis menggunakan analisis SWOT. Pada tahap Development/Pengembangan dilakukan bukan pada pengembangan DSSnya melainkan pada Pengembangan Implementasi dari DSS untuk pengembangan program studi di Perguruan Tinggi.

Lebih lanjut beliau memaparkan bahwa Perguruan Tinggi  makin merasakan pentingnya  Penggunaan  informasi/ SIM yang ada dalam menunjang pengambilan keputusan dalam menjalankan tugas dan aktivitasnya terutama  kalangan pimpinan dalam berbagai jenjang. Dalam pelaksanaan berbagai tugas dan aktivitasnya para pimpinan dari berbagai  perguruan tinggi  seringkali dihadapkan dengan berbagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Sering kemampuan suatu teknik atau metode untuk memecahkan masalah dalam dunia nyata tidak optimal. Sementara itu pengambilan keputusan adalah sejenis keputusan tidak terstruktur, dan melibatkan informasi kualitatif dan kuantitatif. Kombinasi dua atau lebih teknik yang bertujuan menggabungkan kekuatan masing-masing dan meminimalkan kekurangannya, dapat menjadi alternatif solusi untuk mengoptimalkan hasil keputusan yang akan diambil. Selain itu, dalam upaya optimalisasi  Penggunaan Sistem Jaringan dan SIM yang ada di Perguruan Tinggi, berbagai perguruan tinggi baik Negeri maupun Swasta saat ini berlomba-lomba saling bergiat dalam pengembangan teknologi informasi ini khususnya yang berbasis SIM. Pengembangan SIM berbasis komputer di berbagai perguruan tinggi selama ini masih menggunakan pendekatan klasik, karena meskipun pengembangannya sudah menggunakan tahapan-tahapan yang modern, namun tidak dilengkapi dengan dukungan perangkat-perangkat lunak  dan teknik-teknik yang memadai. Pendekatan SIM yang dilakukan di berbagai perguruan tinggi  dirasa masih kurang memadai. Kondisi ini bertentangan dengan perkembangan SIM menjadi DSS diberbagai bidang yang semakin pesat dan kompleks, sehingga diperlukan suatu pendekatan yang lebih baik.  Sementara itu tingkat kebutuhan saat ini sendiri bukan hanya sebatas SIM, tetapi lebih dari itu adalah pengembangan DSS bagi perangkat pimpinan perguruan tinggi dalam rangka optimalisasi Sistem Informasi dalam mendukung pengambilan keputusan dalam pengembangan Perguruan Tinggi.

Doktor ke-98 di Prodi PEP tersebut menambahkan bahwa langkah-langkah pengembangan DSS di Perguruan Tinggi diawali dengan adanya studi pendahuluan berupa analisis kebutuhan  melalui pengumpulan data  dan survey terhadap SI yang dimiliki oleh PT lalu dilakukan Pengelompokan Bagian per Fakultas yang memiliki SI. Jika belum ada, dilanjutkan pada Pembangunan Sistem Informasi PT dan apabila sudah ada dilanjutkan pada tahap penganalisahan kebutuhan dan klasifikasi sistem yang ada.  Setelah diketahui kondisi dan karakteristik SI yang ada di PT, baru dilakukan pendesainan dan pembuatan draft serta algoritma pemrograman dan setelah draft dan algoritma tersedia dilanjutkan pada proses pembuatan prototype dan Compile Program. Program yang sudah jadi dan sukses dicompile dilakukan ujicoba tahap pertama untuk mengetahui apakah terdapat  runtime error  pada program yang telah sukses dieksekusi jika di jalankan pada simulasi data yang ada. Jika sudah sukses dan tidak terdapat pesan kesalahan, dilanjutkan uji coba dengan simulasi data ke-2 untuk mengetahui apakah terdapat  syntax error. Apabila sudah berhasil dan tidak  terdapat pesan kesalahan, dilanjutkan Pengembangan Program dari hasil output yang ada menjadi DSS secara utuh dan di lakukan Eksekusi. Setelah Proses Eksekusi selesai dilanjutkan ujicoba sistem pada berbagai OS dan dengan data yang sesungguhnya di lakukan pada 50 program studi dan hasilnya dibandingkan dengan hasil akreditasi menggunakan formula/model rumusan perhitungan BAN PT, untuk mengetahui kesesuaian hasil olahan informasi dan masukan yang di konversi ke dalam skor A, B, C dan Tidak Terakreditasi.

Sistem yang berkembang tidak berhenti titik itu saja. Kebutuhan informasi yang belum didapat dan masih dibutuhkan pimpinan berkaitan dengan pengembangan sebuah program studi yang ada adalah, bagaimana sebuah DSS dapat memberikan masukan terhadap kondisi terkini program studi, penerimaan dari pangsa pasar/bursa tenaga kerja yang ada, persaingan dengan kompetitor lain, kondisi dan kesesuaian kurikulum yang ada dengan kebutuhan kompetensi lulusan di lapangan kerja. Semua ini tidak dapat maksimal ditampilkan dan diberikan masukan melalui sistem informasi manajemen biasa tetapi dapat disuguhkan secara Real Time oleh DSS, terutama yang telah terintegrasi baik melalui Jaringan Intranet maupun  Internet Online yang ada.  

Model sistem aplikasi pengambilan keputusan yang sesuai dengan kebutuhan pimpinan dalam membantu memberikan masukan untuk pengambilan sebuah keputusan adalah model aplikasi yang bukan saja dapat menyajikan tampilan data mentah atau juga sekedar informasi data terpilah, tapi Aplikasi yang dapat memberikan masukan ataupun pilihan kondisi yang dapat diambil oleh pimpinan selaku decision maker. DSS ini merupakan Sistem Aplikasi yang bukan hanya menyajikan tampilan data kompetitor dan Traser Study  alumni secara berkala, namun juga memberikan masukan tentang kondisi program studi saat ini terhadap perkembangan kebutuhan dan kompetensi kerja lokal melalui kurikulum, juga sebagai alat simulasi terhadap prodi baru atau prodi lama yang ingin melakukan proses akreditasi. Pengembangan model DSS ini selain menghasilkan aplikasi yang dapat memberikan masukan terhadap kondisi kelayakan program studi, juga menghasilkan aplikasi simulasi akreditasi program studi, dan update data kompetitor, lapangan pekerjaan, dan prediksi calon mahasiswa.  DSS merupakan Program yang dapat membantu manajerial pimpinan perguruan tinggi dalam upanya pengembangan program studi di perguruan tinggi yang dipimpinnya.

Lebih lanjut, uji Analisis Empiris terhadap Model DSS yang telah diterapkan pada 50 program studi, yang sudah dilakukan oleh BAN PT, terlihat bahwa meskipun terdapat selisih skor penilaian, namun masih dalam ranah rentangan skor yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa pengelompokan Variabel dan formulasi rumusan yang digunakan 95% mendekati kesesuaian dengan hasil dari BAN PT, dan dapat memberikan keluaran masukan yang sesuai dengan konversi skornilai BAN PT.  Pada Akredidasi BAN PT didapat 1 prodi atau 2 % data tidak terakreditasi, dan setara dengan hasil kelayakan prodi dimana di dapat 2%  prodi yang tidak layak untuk dilanjutkan  yaitu prodi dengan nomor  urut.7. dan 72 % / 36 prodi yang mendapat nilai "C" dari BAN PT dan setara dengan "Prodi dapat  dilanjutkan  dengan pembenahan kurikulum dan modifikasi kosentrasi keahlian" pada DSS, serta 26 % / 13 prodi mendapat nilai "B" pada BAN PT dan setara dengan "Prodi layak diteruskan dengan pembenahan kurikulum" pada DSS, dan sama-sama tidak menghasilkan nilai "A" pada BAN PT atau "Prodi  sangat layak diteruskan tanpa ada pembenahan" pada hasil DSS, pungkasnya. (Sinta)