Konsep Multikultural Telah Diterapkan Sekolah Menengah di Yogyakarta

Sekolah Menengah di Yogyakarta telah menerapkan konsep pendidikan multikultural. Itulah simpulan yang didapat dari Lokakarya Pengembangan Kompetensi Pendidikan Multikultural di Sekolah Menengah di Yogyakarta. Kegiatan yang diinisiasi oleh Program Pascasarjana UNY ini dilaksanakan di Aula PPs UNY, Kamis, 23 Juni 2016.

Lokakarya tersebut dilaksanakan dalam rangka International Joint Research antara UNY dengan University of Auckland, New Zealand. Penelitian yang berjudul Development of Cultural Competence in Multicultural Education in Indonesia and New Zealand diketuai oleh Prof. Zamroni, Ph.D.

Kegiatan diawali dengan pengisian kuisioner yang berkaitan dengan pendidikan multikultural oleh peserta yang merupakan guru dan kepala sekolah SMP dan SMA baik negeri maupun swasta yang berada di Yogyakarta. Setelah itu, Prof. Zamroni, Ph.D. memberikan sambutannya sebagai tim peneliti. Beliau mengemukakan bahwa Indonesia merupakan negara yang multikultural, multi geografi, multi sosial, dan multi tingkat ekonomi, serta keanekaragaman dalam berbagai bidang. “Apabila keanekaragaman tersebut bisa dikelola dengan baik maka akan menjadi sebuah kekuatan yang luar biasa untuk membangun bangsa. Sebaliknya jika tidak bisa dikelola justru akan mendatangkan bencana bagi kita, seperti di Bosnia contohnya, “ungkap guru besar Fakultas Ekonomi ini.

“Kunci pengelolaan keanekaragaman adalah mampu menghasilkan manusia yang bisa hidup berdampingan dengan berbagai perbedaan yang dimilikinya. New Zealand merupakan potret negara yang “Islami” karena walaupun bukan negara Islam akan tetapi mampu menjalankan prinsip islam dalam kehidupan sehari-hari bagi warganya. Maka dari pertemuan ini kami ingin menggali informasi tentang pendidikan multikultural yang ada di sekolah Bapak Ibu, “tambahnya.

Selanjutnya, dilaporkan hasil analisis data dari kuisioner yang telah diberikan ke sekolah masing-masing oleh Dr. Siti Irene AD. Setelah itu, beliau memandu diskusi kelompok yang membahas tentang pengertian pendidikan multikultural, tingkat impelementasinya di sekolah, penerapan konsep Bhinneka Tunggal Ika, perancangan kebijakan agar pendidikan multikultural dapat terintegrasi dalam pembelajaran. Selain itu, perlunya evaluasi terhadap implementasi dan literasi tentang konsep itu untuk dikembangkan mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Dengan sangat antusias peserta yang dibagi menjadi empat kelompok melakukan diskusi dan pembahasan yang mendalam dengan dipimpin oleh ketua masing – masing kelompok. Selanjutnya, setiap perwakilan kelompok secara bergiliran mempresentasikan hasil diskusi mereka kepada seluruh peserta.

Dari diskusi tersebut diperoleh simpulan bahwasanya konsep multikultural sudah dilakukan oleh SMP dan SMA di Yogyakarta. Sebagai contoh, hingga saat ini masih melayani dan menerima siswa yang berasal dari seluruh Indonesia yang berasal dari berbagai macam latar belakang budaya, sosial, agama, suku dan lainnya.

Pendidikan agama yang dilayani dan diajarkan oleh guru yang sesuai dengan agama yang dianutnya juga merupakan wujud penerapan mulkultural di sekolah. Selain itu, pengintegrasian konsep multikultural dalam pembelajaran sudah dilaksanakan dalam pembelajaran seperti dalam  outbound, pentas seni sekolah. (Rubiman).