Kepala Penjamu UST Kembangkan Instrumen Diagnostik Kognitif Mata Pelajaran IPA SMP

Pembelajaran IPA khususnya Fisika saat ini lebih menekankan pada runtutan materi pelajaran bukan pada proses berpikir dan psikologi kognitif. Akibatnya siswa cenderung hafal rumus fisika tanpa memahami konsepnya. Sehingga dalam pembelajaran, siswa banyak yang mengalami kelemahan dan kesulitan. Oleh karena itu, kemampuan guru dalam mendeteksi hal tersebut merupakan tantangan dalam kegiatan pembelajaran untuk mengantarkan siswa mencapai keberhasilan dalam belajar.

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kemampuan dan kelemahan siswa sesuai dengan tahapan berpikirnya adalah dengan tes diagnostik kognitif. Melalui metode ini guru diharapkan dapat memberi bantuan yang tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan siswa yang mengalami kesulitan. Adalah Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta, Yuli Prihatni, M.Pd. mengembangkan sebuah instrumen diagnostik kognitif pada mata pelajaran IPA materi kalor berdasarkan learning continuum.

Karya mantan kaprodi Pend. Fisika UST ini berhasil dipertahankan dalam ujian terbuka dan promosi doktor Program Pascasarjana (PPs) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada Kamis, 15 Oktober 2015. Penelitian berjudul “Pengembangan Instrumen Diagnostik Kognitif Mata Pelajaran IPA SMP” ini dipresentasikan di hadapan dewan penguji disertasi PPs UNY.

“Dengan learning continuum guru dapat mengetahui perbedaan tingat prestasi siswa. Selain itu, mampu mengetahui kelemahan siswa yang disebabkan siswa belum menguasai prasyarat dan bisa mengembangkan potensi apabila siswa telah menguasai kompetensi yang ditetapkan, “ungkap alumni S2 PEP PPs UNY ini.

“Item pada tes diagnostik  memiliki karakteristik yang berbeda dengan item pada tes yang lain. Pada tes ini jawaban atau respons siswa harus memberikan informasi yang cukup untuk menduga masalah atau kesulitan yang dialami (memiliki fungsi diagnosis)”, lanjutnya.

Penelitian didahului dengan penyusunan learning continuum, kisi-kisi tes, hierarki materi prasyarat dan spesifikasi item pada materi IPA konsep kalor yang ditelaah melalui Focus Group Discussion (FGD). Selanjutnya instrumen diuji cobakan kepada 484 siswa kelas VII SMP di Kabupaten Sleman. Melalui penelitian ini, guru dapat mengetahui mengapa peserta tes tidak menguasai suatu materi sekaligus menginterpretasikan hasil tes diagnostik kognitif pada mata pelajaran IPA SMP sekaligus mampu mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
Pengembangan tes ini dipadu dengan software komputer yang dapat membantu guru untuk memberikan pembelajaran yang sesuai dengan proses berpikir siswa sehingga kualitas pembelajaran IPA meningkat.

Instrumen yang berhasil dikembangkan berupa tes yang terdiri atas 28 soal berbentuk pilihan ganda dengan alasan. Dari penerapan software tes ini dapat diperoleh informasi tentang banyaknya item yang dapat dijawab dengan benar dan yang dapat dijawab siswa berdasarkan pengetahuannya. Selain itu, informasi tentang materi yang sudah dan belum dikuasai siswa berdasarkan learning continuum dan materi prasyarat yang belum diketahui siswa.

“Hasil interpretasi tes diagnostik ini dapat digunakan guru untuk mengetahui kelemahan siswa dan segera mampu menangani sesuai dengan kebutuhan siswa, “tutupnya.

Dengan keberhasilan mempertahankan hasil penelitiannya, ibu dua anak ini dikukuhkan sebagai doktor ke 160 dalam bidang Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (PEP). Dr. Yuli Prihatni, M.Pd. juga melengkapi daftar  doktor ke 289 yang telah dilahirkan PPs UNY. (Rubiman)