Kemitraan Antara Pendidikan Kejuruan dengan Dunia Usaha

Pendidikan kejuruan dilaksanakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi calon tenaga kerja yang siap bersaing di pasar kerja. Selain mencetak lulusan terdidik, juga terlatih dan terampil dalam  kompetensi/bidang keahlian tertentu. Saat ini, perkembangan dan perubahan teknologi yang terjadi di dunia kerja berlangsung sangat cepat, tantangan berbagai bidang semakin kompleks. Seentara itu, kemampuan adaptasi lembaga pendidikan kejuruan untuk melakukan perubahan cenderung lambat sehingga penguasaan teknologi dan kompetensi lulusan menjadi tertinggal jauh dari kompetensi yang diharapkan pengguna lulusan.

Realita di atas menjadi tantangan bagi lembaga pendidikan kejuruan untuk dapat menyelaraskan program pembelajaran yang dilaksanakan dengan tuntutan dunia kerja. I Kadek Budi Sandika, ST., M.Pd., mencoba menyusun sebuah model kemitraan yang mampu dibangun dengan pondasi yang kuat, memberdayakan kapasitas dan kapabilitas setiap mitra, proses yang tidak berbelit-belit, serta meningkatkan komitmen para stakeholder untuk mendukung dan melaksanakan kemitraan.

Penelitian seorang dosen di STMIK STIKOM Bali ini secara khusus untuk menemukan model kemitraan pendidikan kejuruan dengan dunia usaha pada SMK Program Studi Keahlian Teknik Bangunan di Bali. “Pengembangan Model Kemitraan Pendidikan Kejuruan dengan Dunia Usaha pada Program Studi Keahlian Teknik Bangunan SMK di Bali” merupakan judul yang ia angkat dalam penelitian tersebut.

Hasil penelitian yang dibimbing oleh Prof. Slamet PH., Ph.D. dan Prof. Dr. Husaini Usman tersebut berhasil dipertahankan dalam ujian terbuka promosi doktor pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta, Jumat, 17 Juni 2016. Menurutnya, kemitraan diawali dengan pengembangan kurikulum yang di dalamnya terdapat identifikasi kebutuhan dunia kerja, potensi daerah, dan daya dukung satuan pendidikan. “Selanjutnya diikuti dengan pengembangan pendidik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran baik di sekolah maupun di DU/DI (Dunia Usaha/Dunia Industri), Selain itu, untuk meningkatkan skill, siswa juga bisa diikutkan dalam program kerja paruh waktu yang dalam hal ini siswa bisa memperoleh surat keterangan/referensi kerja yang diperlukan dalam sertifikasi . Tahap berikutnya, sekolah perlu mengadakan UKK (Uji Kompetensi Keahlian) sebagai tolok ukur keberhasilan siswa belajar di SMK, “ungkapnya.

“Lulusan SMK juga bisa mengikuti program sertifikasi profesi yang diadakan Asosiasi Profesi/LPJK Dengan adanya sertifikasi tentunya dapat menunjang para siswa dalam menghadapi dunia kerja, dimana saat ini lebih mengedepankan profesionalitas. Selain itu, sekolah bisa berkoordinasi dengan stakeholder (Dinas Pendidikan, Asosiasi Perusahaan, dan Pengusaha) untuk mengadakan sebuah Pameran Produk hasil karya siswa, “imbuhnya.

“Model kemitraan pendidikan kejuruan dengan dunia usaha melibatkan setiap stakeholder kunci dengan memegang prinsip dasar kemitraan untuk mencapai tujuan bersama. Adapun implementasi kemitraan meliputi aspek pengelolaan sumber daya pendidikan, pelaksanaan program pendidikan, dan penyerapan output pendidikan kejuruan. Dalam model kemitraan juga menekankan pentingnya monitoring, serta evaluasi dan tindak lanjut program kemitraan, “tutupnya.

Prof. Slamet PH., Ph.D. selaku promotor mengharapkan agar doktor ke 322 di PPs UNY dalam bidang Pendidikan Teknologi dan Kejuruan ini bisa menjadi seorang yang ilmuwan, gunawan, budiman, dan dermawan sehingga ilmunya bisa dirasakan manfaatnya bagi masyarakat dan kemajuan pendidikan di Indonesia. (Rubiman).