Diskusi Program Pendidikan Guru di Taiwan dan Indonesia

National Chiayi University, Taiwan

Prodi S2/S3 Pendidikan Dasar mendapat kunjungan dari National Chiayi University, Taiwan berkunjung pada Rabu (21/01/2018) untuk diskusi mengenai progam pendidikan guru di Taiwan dan Indonesia. Prof. Mei Ying Chen bersama tim mahasiswa keguruan National Chiayi University disambut baik oleh pihak pascasarjana UNY. Diskusi dimulai dengan sambutan dari direktur PPs UNY Prof. Marsigit. Beliau memberikan paparan singkat terkait dengan progam pendidikan di PPs UNY dan sangat mengapresiasi kunjungan Prof. Mei beserta tim. Diskusi tersebut diikuti oleh perwakilan dosen dari FIP UNY dan perwakilan mahasiswa prodi Pendidikan Dasar PPs UNY baik program magister maupun doktoral.

Prof Mei memaparkan program pendidikan (educational programs) dari National Chiayi University tentang bagaimana proses dan sistem pendidikan di National Chiayi University termasuk bagaimana menjadi seorang guru di Taiwan. Program pendidikan guru di Taiwan tidak berbeda jauh dengan di Indonesia. Mahasiswa jurusan keguruan harus menyelesaikan pendidikan sarjana pendidikan (college student). Selanjutnya sarjana pendidikan menempuh internship program yaitu melakukan praktik mengajar di sekolah selama 6 bulan (satu semester).

Pemaparan selanjutnya dari pihak Penddikan Dasar PPs UNY tentang profil program studi di lingkup UNY dan dilanjutkan pemaparan tentang program pendidikan guru dan bagaimana cara membentuk calon guru di Indonesia. Di Indonesia internship program serupa dengan Program Profesi Guru (PPG). PPG merupakan program pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga kependidikan dimana calon guru (sarjana pendidikan) menempuh studi lanjut selama satu semester dilanjutkan satu semester praktik mengajar di sekolah.

Baik di National Chiayi University Taiwan maupun di Universitas Negeri Yogyakarta sama-sama memasukkan muatan lokal dalam program perkuliahan. Perbedaannya di National Chiayi University Taiwan tidak ada program KKN dan PPL seperti pada perguruan tinggi di Indonesia. Hal menarik lainnya dalam sharing tersebut yaitu tentang pengaruh budaya Hindhust di Taiwan yang sampai sekarang masih terjaga dan berlangsung. Ketika ada orang meninggal, di Taiwan juga ada acara berkirim doa seperti 7 harian, 40 harian, 100 harian, dan 1000 harian seperti di beberapa wilayah Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh budaya begitu besar dalam dinamisasi masyarakat. Budaya lahir melalui proses kebiasaan yang panjang sehingga dianggap sesuatu yang tinggi dan di hargai. (Fatwa Aminuddin)