Teliti Model Penilaian MTQ, Bahrudin Raih Gelar Doktor

Bahrudin, M.Ag., (46 tahun) mengatakan, MTQ merupakan event tahunan yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama RI. Dalam menentukan pemenang atau juara dalam kegiatan ini ditempuh melalui penilaian yang dilakukan oleh tim juri. Menurutnya, model penilaian yang selama ini digunakan dalam MTQ tidak sesuai dengan teori asesmen, khususnya dalam cabang tilawah.

Berawal keprihatinan tersebut, dosen KPI Fakultas Dakwah UIN Sunan Gunung Djati, Bandung ini melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan model penilaian MTQ, khususnya dalam cabang tilawah. Pengembangan model penilaian tersebut dilakukan secara simultan dengan pengembangan pedoman penilaian dan instrumen  pengukurannya. Penelitiannya berjudul Model Asesmen Musabaqah Tilawah al-Quran (MTQ).

Jenis penelitian ini adalah research and development, yang dimulai dengan research dan diteruskan dengan pengembangan model. Research ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kelemahan-kelemahan model penilaian MTQ Cabang Tilawah yang digunakan selama ini, dan informasi mengenai perlu atau tidaknya dilakukan pengembangan model penilaian MTQ Cabang Tilawah tersebut. Pengembangan model mengacu pada prosedur yang dikemukakan oleh Borg & Gall (1983), yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: tahap pra pengembangan, tahap pengembangan, dan tahap implementasi/ diseminasi.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pra pengembangan adalah analisis model penilaian MTQ Cabang Tilawah yang digunakan selama ini, penentuan spesifikasi model penilaian MTQ Cabang Tilawah yang dikembangkan, serta menentukan strategi pembuatan indikator, pembuatan instrumen dan pedoman penilaian MTQ Cabang Tilawah. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pengembangan model adalah penulisan draf instrumen, analisis draf, dan uji coba model. Sedangkan implementasi dan diseminasi model dilakukan dengan mensosialisasikan model penilaian MTQ Cabang Tilawah hasil pengembangan, baik melalui seminar maupun publikasi.

Penelitian tersebut menghasilkan pedoman penilaian MTQ Cabang Tilawah, serta instrumen penilaian tajwid, fashahah, suara, dan lagu, yang format masing-masingnya berbeda dengan yang biasa digunakan dalam penilaian MTQ Cabang Tilawah selama ini. Dari uji coba II (kelompok profesional) dan III (kelompok amatir) diketahui bahwa instrumen tersebut memiliki bukti validitas konstruk, yang terlihat dari perbedaan mean-score di antara keduanya. Dari uji beda rata-rata dua kelompok independen diketahui bahwa perbedaan mean-score tajwid adalah signifikan, dengan nilai t hitung sebesar 31,371 dan nilai signifikansi 0,000; perbedaan mean-score fashahah signifikan, dengan nilai t hitung sebesar 18,031 dan nilai signifikansi 0,000; perbedaan mean-score suara adalah signifikan, dengan nilai t hitung sebesar 11.627 dan nilai signifikansi 0,000; dan perbedaan mean score lagu signifikan, dengan nilai t hitung 9,831 dan nilai signifikansi 0,000. Instrumen penilaian MTQ Cabang Tilawah hasil pengembangan juga reliabel dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,97 untuk uji coba II, dan 0,96 untuk uji coba III.

Hasil penelitian tersebut dipresentasikan di hadapan tim penguji antara lain, Prof. Dr. Zuhdan Kun Prasetyo, M.Ed., Prof. Dr. Badrun Kartowagiran, Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro, Dr. Marzuki, Prof. Kumaidi, Ph.D., (promotor merangkap penguji), dan Prof. Dr. Sutrisno (co-promotor merangkap penguji) pada hari Kamis, 6 Maret 2014 di Aula PPs UNY.

Di hadapan promotor dan tim penguji promovendus berhasil mempertahankan disertasinya. Sehingga tim penguji memberikan gelar doktor kependidikan pada program studi PEP dengan predikat Sangat Memuaskan. Dr. Bahrudin merupakan doktor ke 210 untuk PPs UNY dan ke 127 untuk prodi PEP. Selamat melanjutkan penelitiannya Dr. Bahrudin. Semoga hasilnya dapat diimplementasikan oleh LPTQ khususnya dalam perhelatan MTQ. (Rb)