Strategi Pendidikan dan Pembelajaran di Indonesia

Program Pascasarjana UNY kembali mendapat kepercayaan untuk memberikan kuliah umum bagi mahasiswa Program Pascasarjana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar (PPs IHDN). Prof. Slamet PH., M.A., M.Ed., M.A., MLHR., Ph.D., menjadi pembicara dalam kuliah umum yang bertema “Strategi Pendidikan dan Pembelajaran”. Sebanyak 130 mahasiswa dan beberapa dosen serta Direktur PPs IHDN mengikuti kuliah umum yang digelar di Aula PPs UNY pada Senin (17/06/2013).

Direktur PPs IHDN Denpasar, Prof. Dr. I Nengah Duija menyampaikan bahwa kunjungan ke Yogyakarta tersebut sudah kali kedua. Yogyakarta khususnya UNY dan UGM menjadi tempat yang tepat untuk menggali sumber ilmu pendidikan. Asisten Direktur II PPs UNY, Prof. Dr. Muhyadi menyambut baik maksud dan tujuan PPs IHDN Denpasar untuk berguru di UNY. Beliau berharap kuliah umum yang digelar dapat memberikan penyegaran dan tambahan ilmu.

Prof. Slamet mengungkapkan beberapa fakta kondisi pendidikan di Indonesia yang masih jauh dari layak. Pengembangan kualitas dasar peserta didik masih kurang intensif sehingga miskin ragam pikir. Menurutnya kualitas dasar seseorang ditentukan dari head, heart, dan health. “Kecerdasan otak jika tidak dibarengi dengan hati yang bersih serta fisik yang sehat, tidak akan tercipta manusia yang pintar,” tambahnya. Selain itu, pendidikan saat ini juga lebih mengutamakan kebenaran saja sehingga menghasilkan manusia yang tidak utuh dan kurang bermanfaat. Nilai-nilai kebenaran, religius, moral, sosial, estetikal, dan kinestetikal harus diajarkan pada peserta didik agar kecerdasan mereka seimbang.

Praksis-praksis pendidikan saat ini kurang mengajarkan ilmu-ilmu dan teknologi yang dibutuhkan oleh Indonesia sehingga generasi penerus bangsa kurang bisa menggali potensi yang ada di negeri ini dan marak importasi barang-barang yang seharusnya bisa dipenuhi sendiri. Fakta yang ada saat ini, sekolah-sekolah masih berdaya saing rendah untuk menghadapi era global. Banyak sekolah lamban berubah dan bersifat reaktif, bukan aktif, apalagi proaktif.

Hal tersebut diperparah dengan fakta kondisi pembelajaran di Indonesia dengan cara mengajar guru yang lebih aktif sedangkan siswa pasif membuat lemahnya interaksi guru dan siswa sehingga pembelajaran belum mampu menumbuhkan rasa keingintahuan siswa. Guru mementingkan jawaban baku yang dianggap benar sehingga pengetahuan siswa kurang berkembang dan pembelajaran masih bersifat transfer of knowledge.

Prof Slamet menambahkan bahwa tuntutan masa depan yaitu, pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang memiliki daya pikir, daya hati, dan daya raga. Selain itu, harus membangun manusia berjati diri Indonesia berdasarkan ideologi Pancasila. Pada tahun 2025 harus berdaya saing internasional dan pendidikan juga harus beragam karena tuntutan daya saing global yaitu, SDM yang berkualitas, teknologi canggih, manajemen global, kewirausahaan, dan global networking. (Sinta)