New Literacy using Technologi and Virtual Space

Guest Lecturing yang mengusung judul “New Literacy using Technologi and Virtual Space” yang dilaksanakan pada hari kamis tanggal 11 oktober 2018 membahas tentang literasi-literasi baru dalam memanfaatkan teknologi dan ruang virtual. Acara tersebut dilaksanakan di ruang Aula lantai 7 gedung baru program pascasarjana UNY. Dalam kuliah umum tersebut, Dr. Elizabeth Hartnell-young menyampaikan dewasa ini tengah terjadi perubahaan paradigma dalam belajar. Belajar merupakan proses mengkonstruksi pengetahuan bukan hanya dianggap sebagai transfer ilmu semata. Perubahaan paradigma ini dipicu oleh kebutuhan keterampilan-ketrampilan baru pada abad 21. Menurut Griffin, McGaw and Care, (2011) beberapa keterampilan yang diperlukan pada abad 21 adalah kemampuan tentang bagaimana cara untuk berpikir, cara untuk bekerja, pemanfaatan peralatan yang tepat untuk bekerja, dan cara untuk hidup di dunia. Keterampilan lain yang perlu dikuasai adalah keterampilan komunikasi, memecahkan masalah, berpikir kritis, kolaborasi, keterampilan dalam teknologi dan informasi, dan kreativitas. Keterampilan-keterampilan tersebut tidak dapat dicapai apabila tidak ada perubahan dalam paradigma belajar.

Keterampilan baru yang dibutuhkan pada abad 21 juga lekat kaitannya dengan literasi-literasi baru yang muncul dalam penggunaan teknologi dan ruang virtual. Literasi-literasi baru yang muncul pada abad 21 adalah digital literasi, multiliteracies, dan information literacy (Coiro, Knobel, Lankshear, & Leu, 2008). Literasi sendiri mengacu pada kemampuan individu untuk menemukan, mengevaluasi, memproduksi dan mengkomunikasikan informasi yang jelas melalui tulisan dan bentuk komunikasi lainnya. Literasi tersebut sangat dibutuhkan dalam era keterbukaan informasi seperti sekarang ini. Pemanfaatan dan penggunaan teknologi yang cukup besar terutama dikalangan usia produktif dapat menimbulkan dampak yang negatif apabila tidak diimbangi dengan literasi yang baik. Banyak sekali contoh-contoh kesalahan atau penyalahgunaan teknologi yang dimulai dari tingkat literasi yang rendah. Oleh karena itu, sangat penting untuk memiliki literasi yang baik dalam menghadapi tantangan era informasi di masa kini maupun masa yang akan datang.

Digital portfolio merupakan salah satu perubahaan cara pandang dalam penilaian belajar siswa untuk meningkatkan literasi baru di era informasi. Beberapa guru sudah mengadaptasi model penilaian ini. Model penilaian dengan digital portfolio merupakan contoh penerapan dari perubahaan cara pandang penilaian yang berupa pemberian nilai berupa angka menjadi penilaian berdasarkan perkembangan siswa dari masa ke masa. Digital portofolio memudahkan guru untuk memberikan umpan balik secara efisien berkat adanya teknologi. Oleh karena itu sangat penting untuk meningkatkan literasi guru agar dapat memanfaatkan teknologi secara optimal dalam proses pembelajaran. Kunci utama dalam menghadapi tantangan ini adalah fokus pada personal, mobile dan kolaboratif. Pada akhirnya, guru harus mengambil peran penting dalam perkembangan siswa dengan melibatkan teknologi dan berkolaborasi secara lokal maupun global. (Franky)