Model Pengajaran di Belanda dan Indonesia

Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (PEP) PPs UNY kembali mendapat kesempatan untuk mendatangkan dosen tamu asing yang kali ini dari Utrecht University, Belanda. Prof. Dr. Theo Wubbles hadir sebagai dosen tamu dalam kuliah umum bagi mahasiswa S2 dan S3 PEP pada Sabtu (3/3/12) di Aula PPs UNY.  Dalam kesempatan tersebut, Prof. Wubbles menyampaikan tentang perbandingan kelas di Indonesia dan Belanda yang terkait erat dengan hubungan guru dan siswa dalam pencapaian keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam paparannya, sikap dan karakteristik seorang guru sangat mempengaruhi hubungan dengan siswa dalam kelas. Guru yang tidak terlalu dominan dalam kelas dan cenderung memiliki hubungan yang dekat dengan para siswa merupakan salah satu yang khas dalam pengajaran di Belanda. Hal ini agak berbeda dengan di Indonesia. Guru cenderung dominan di kelas dan hubungan dengan siswa kurang terjadi dengan akrab.

Dosen yang juga menjabat sebagai dekan di Faculty of Social and Behavioral Sciences, Utrecht University, Belanda ini lebih lanjut menjelaskan bahwa untuk mendapatkan pencapaian hasil yang maksimal dalam pembelajaran, dibutuhkan kombinasi antara kontrol dan afiliasi yang tinggi dari seorang guru. Akan tetapi hal tersebut terkendala perbedaan tipe pengajaran di setiap negara dan budaya setempat juga sangat mempengaruhi pada cara guru mengajar. Hal tersebut yang membuat keberhasilan pendidikan setiap negara dapat berbeda-beda. Di Belanda sendiri, guru lebih bersifat toleran, memiliki kemandirian tinggi dan tidak dominan sehingga para siswa di Belanda lebih mandiri dalam belajar dan tidak bergantung pada guru mereka.

Dalam kuliah dosen tamu tersebut, para mahasiswa sangat antusias bertanya. Mahasiswa S2 dan S3 PEP yang rata-rata adalah pengajar tersebut menggunakan kesempatan bertanya seputar menangani siswa di dalam kelas. Pertanyaan menarik muncul yaitu bagaimana cara membuat siswa dapat menyenangi pelajaran matematika yang dianggap tidak menarik. Dosen dalam bidang Interpersonal Relationship tersebut menjelaskan bahwa matematika memang bukan mata pelajaran favorit sehingga sangat sulit membangun hubungan yang baik antara guru dan siswa. Dalam mata pelajaran tersebut, apabila seorang guru menerapkan afiliasi yang tinggi, pencapaian keberhasilan siswa akan rendah. Sebaliknya apabila kontrol yang lebih tinggi, maka pencapaian keberhasilan akan tinggi pula. (Sinta)