Menjajal Kemampuan Bahasa Nusantara

Tujuh orang mahasiswa peserta program Bridging Course Kemitraan Negara Berkembang menempuh ujian akhir Bahasa dan Budaya Indonesia pada hari Rabu, 19 Desember 2012. Ujian ini bertempat di Ruang Rapat Timur 3 Gedung Rektorat Universitas Negeri Yogyakarta.

Dalam ujian ini, masing-masing mahasiswa tersebut menulis sebuah mini project berbahasa Indonesia, untuk kemudian mempresentasikannya di depan tim reviewer yang terdiri dari Ari Kusmiatun, M.Hum., Intan Pradita, M.Hum., Anis Rohidayah, S.S., dan Sri Sumaryani, S.S. Masing-masing berhasil menyajikan sebuah mini project yang cukup menarik dan memadai. Ari Kusmiatun, sebagai bagian dari tim reviewer  dan dosen pembimbing, memaparkan bahwa ujian akhir yang berupa pembuatan mini project ini dirasa menjadi sebuah media yang paling tepat untuk mengukur empat keterampilan berbahasa mereka sekaligus, yaitu menyimak (mendengar), berbicara, membaca, dan menulis.  Selain itu, melalui mini project ini juga bisa diketahui tanggapan dan apresiasi  para peserta ujian terhadap kebudayaan Indonesia.

Salah satu mini project yang menarik ditulis oleh Suaidee Orsantinutsakul, salah seorang mahasiswa Program KNB dari Thailand. Dalam mini project-nya, Suaidee melakukan penelitian tentang Malioboro dalam hal sejarah dan fungsi-fungsinya. Mini project ini menarik dan mendalam karena penulis berusaha menganalisis sejarah Malioboro secara rinci mulai dari awal abad ke-18 hingga sekarang ini, yang mungkin tidak diketahui oleh kebanyakan mahasiswa Indonesia sendiri. Selain itu, penelitian ini juga membandingkan fungsi Malioboro jaman dulu dan sekarang, yang tentunya dapat memperkaya khasanah pengetahuan tentang salah satu cagar budaya di Yogyakarta.

Selain Suaidee, Youssouf Haidara, seorang mahasiswa KNB dari Mali membandingkan dawet ayu Banjarnegara dan mougoudji, salah satu jenis minuman tradisional yang berasal dari Mali, yang sama-sama merupakan minuman tradisional. Dalam latar belakangnya, Youssoouf menyebutkan ketertarikannya akan dua sosok punakawan, Semar dan Gareng yang selalu terpampang di gerobag penjaja dawet ayu yang dia temui. Youssouf juga sangat bersemangat dalam melakukan penelitian ini, dibuktikan dari usahanya dalam melakukan wawancara dengan seorang penjual dawet ayu. Youssof juga menyatakan keseriusannya untuk berbagi pengetahuan tentang dawet ayu ke negara asalnya, Mali. Dia yakin bahwa kedua minuman tradiosional tersebut, yaitu dawet ayu dan mougoudji, dapat menjadi minuman yang populer di seluruh dunia.

Selain dua topik tersebut, topik-topik lainnya yang dipresentasikan antara lain  tempat-tempat wisata di Yogyakarta, yang diangkat oleh Kabora Floria dan Ramaroson Antsa Koloina dan Bahasa Jawa di Yogyakarta, oleh Beatriz Eugenia Orantes Perez. Sementara itu, di bidang kuliner, Keang Rachny meneliti tentang cara memasak Nasi Lengko dan Alfred Irambona meneliti tentang perbandingan bumbu masakan di Burundi dengan Yogyakarta. (tw)