Mengulik Makna Hijrah bersama Dharma Wanita Persatuan UNY

Keterlibatan wanita dalam keluarga acap kali menjadi neraca kualitas rumah tangga. Demi mengajak perempuan untuk membangun fondasi kokoh dalam keluarga, Dharma Wanita Persatuan Universitas Negeri Yogyakarta menyelenggarakan pengajian rutin dwi-wulan di Aula Pascasarjana UNY bertemakan “Refleksi Hijrah dalam Kehidupan Nyata”, Jumat, 30/10/2015 lalu.

Pengajian yang sekaligus digelar dalam rangka menyambut tahun baru 1437 Hijriyah tersebut dibuka oleh Ketua Dharma Wanita PPs UNY, Ibu Zuhdan Kun Prasetyo. Beliau menaruh harapan besar pada kaum perempuan agar tidak lelah untuk menimba ilmu, khususnya dalam mengelola kebutuhan keluarga secara materiil maupun non-materiil. Selanjutnya, Ketua Dharma Wanita Persatuan UNY, Ibu Anna Royyana Rochmat Wahab, dalam sambutan singkatnya berharap perempuan dapat memanfaatkan momentum tahun baru dengan memperbarui niat untuk hal-hal positif dalam membangun keluarga. “Semoga sisa usia bisa dilalui dengan penuh berkah, dan kita menjadi pribadi yang lebih baik dari yang sudah-sudah,” pungkasnya.

Acara yang didukung oleh tiga mahasiswi Keluarga Mahasiswa Pascasarjana (KMP) sebagai MC dan pembaca Kitab Suci Al Quran sekaligus tafsirnya ini berlangsung lancar dan hangat, dengan bahasan sehari-hari yang akrab dengan pengalaman kehidupan berkeluarga maupun bertetangga. Pembicara, Hj. Tri Winarsih, S.Pd. yang berkediaman di Jalan Monumen Yogya Kembali, memaparkan bahwa hijrah dalam kehidupan nyata dapat diartikan sebagai perjalanan menuju perubahan besar, sekecil apapun langkah yang diambil.

“Dalam berhijrah, ada empat hal pokok yang harus selalu diperhatikan: Umurnya untuk apa; ilmunya untuk apa; hartanya dari mana dan untuk apa; dan selalu tebarkan hal baik, dalam bentuk perbuatan maupun perkataan,” tutur Ibu Tri Winarsih sembari menceritakan kisah-kisah istri, sahabat, dan kerabat Rasulullah Saw. sebagai teladan pemaknaan hijrah.  “Jika kita belum bisa banyak berbuat baik untuk tetangga, keluarga, sahabat, dan orang di sekeliling kita, setidaknya kata-kata yang baik untuk mereka seperti halnya menumbuhkan pohon rindang yang tidak akan pernah berhenti berbuah,” tutupnya. (Ririn)