Mahasiswa KNB UNY Ikuti Asian African Students Conference

Beberapa mahasiswa asal Asia dan Afrika yang sedang menempuh studi di Universitas Negeri Yogyakarta mendapat kehormatan untuk menghadiri Asian African Students Conference 2015 yang merupakan salah satu rangkaian acara Konferensi Asia Afrika ke-60. Kegiatan yang digelar pada 29 April – 1 Mei 2015 di Gedung Merdeka, Bandung tersebut melibatkan lebih dari 270 mahasiswa dari Asia dan Afrika yang sedang menempuh studi di Indonesia. Delegasi dari UNY terdiri 14 mahasiswa yang sedang menempuh S1 dan S2 di antaranya, Abdoulaye Fane, Youssouf Haidara, Makan Sacko berasal dari Mali; Alfred Irambona, Claver Nzobonimpa, Niyonsaba Theophile, Oskar Ndayizeye, Dominique Savio N, berasal dari Burundi; Antsa Koloina, Rafaliarisoa Antsa, Floria Kabora, berasal dari Madagascar; Osabenyi Harrison dari Nigeria; Aung Si Thu dari Myanmar; dan Keang Rachny dari Kamboja.

Konferensi Asia-Afrika adalah sebuah konferensi internasional yang telah diselenggarakan di Indonesia terakhir pada tahun 1956 di Bandung. Pada tahun ke-60 ini, KAA kembali digelar di Bandung. Rangkaian kegiatan bagi para mahasiswa tersebut dimulai dengan Welcoming Reception Asian African Students Conference di Papandayan Hotel Bandung. Kemudian para peserta disuguhi film pendek tentang sejerah Konferensi Asia-Afrka. Pada kesempatan yang sama, Director General of Information and Public Diplomacy Ministry of Foreign Affairs of Repubik of Indonesia, H.E. Ambassador Esti Andayani pun memberikan pidato singkatnya.

Bapak Emil Salim, mantan ketua delegasi Asian African Students Conference 1956 turut hadir dalam kesempatan tersebut. Emil mengungkapkan sejarah Asian African Students Conference 59 tahun lalu, yang terinspirasi oleh pemimpin Asia Afrika dalam Asian African Conference 1955. Selain itu, Asian African Students Conference 1956 juga tergerak oleh kondisi politik dunia dan semangat dari Dasasila Bandung. Asian African Students Conference 1956 bertujuan untuk menyerukan kemerdekaan negara-negara di Asia dan Afrika khususnya kepada mahasiswa yang berada di Asia dan Afrika agar bersama-sama berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan.

30 tahun setelah konferensi tersebut dilaksanakan, beberapa delegasi dari konferensi tersebut, menjadi pemimpin-pemimpin di Asia dan Afrika seperti delegasi dari Alzajair yang menjadi menteri luar negeri. Konferensi tersebut menjadi sarana untuk mengembangkan diri calon-calon pemimpin masa depan untuk berbicara banyak untuk kemerdekaan Asia dan Afrika.

Jika Asia-Afrika baru dari Asian African Students Conference 1956 adalah kemerdekaan bangsa Asia-Afrika oleh kolonialisme, maka tantangan Asian African Students Conference 2015 adalah bagaimana membangun Asia-Afrika baru yang berkembang pada tahun 2045 dalam bidang ekonomi, teknologi, pendididikan, dan ilmu pengetahuan. “Generasi sekarang harus berjuang agar semangat 2045 teknologi dapat mereka kuasai jangan lagi bergantung kepada Negara maju” tutupnya.

Di hari kedua perhelatan Asian-African Students Conference 2015, Adew Habsta & Rekan tampil untuk membuka rangkaian acara pada hari itu. Adew Habtsa & Rekan membawakan beberapa lagu, diantaranya Egaliter, Damai, dan musikalisasi pidato berjudul “Lahirlah Asia-Afrika Baru”.
Para peserta kemudian dibagi menjadi 6 kelompok berdasarkan tema-tema yang telah ditentukan panitia. Salah satu tema yang dibahas yaitu tentang Leadership to Promote the Asia African Cultural Values.

Acara Asian African Students Conference diakhiri dengan kunjungan Museum Asia-Afrika dan sebuah perjalanan ekskursi. Selama ekskursi tersebut, para peserta mengikuti Festival Budaya Masyarakat adat Jawa Barat di Ecowisata dan budaya Alam Santosa Kabupaten Bandung.

Para mahasiswa KNB UNY mengungkapkan rasa senang dan bangga dapat mengikuti acara tersebut. Mereka dapat bertemu teman-teman mahasiswa Asia-Afrika yang sama-sama sedang menempuh studi di indonesia. “Kami juga dapat banyak informasi tentang sejarah, hubungan dan keistimewaan budaya di negara-negara Asia dan Afrika. Kata-kata yang kami mungkin tidak akan lupakan adalah Bandung Spirit, Solidarity and Unity to face the New-colonization in Asia-Africa.” tutup Makan. (Makan Sacko)