KMP UNY Berkunjung Ke Lembaga Kemanusian ACT

Kunjungan Keluarga Mahasiswa Pascasarjana (KMP) UNY ke Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Yogyakarta di Jalan Nitikan dilaksanakan pada hari Kamis (28/1/2016). Pada saat kunjungan ini KMP UNY disambut langsung oleh Humas ACT Yogyakarta-Jawa Tengah Agus Budi Hariyadi. KMP UNY diwakili oleh Anwaril Hamidy, S.Pd., Rizatmi Zikri, S.Pd., Fajar Fitriani, S.Pd., Chairin Vita Hutamasari, S.Pd., Fay Lalita Ardi, S.Pd., Andika Dirsa, S.Pd., Naufal Fitriyansyah, S.Pd., Melsafaradila, S.Pd., dan Besti Usmafidini, S.Pd.

Tujuan kunjungan ini adalah untuk mengetahui lebih jauh terkait program-program sosial yang dilakukan ACT. Hal tersebut akan dijadikan referensi untuk membuat program kerja bidang pengabdian masyarakat KMP UNY untuk periode satu tahun ke depan.

ACT tersebar di beberapa daerah di Indonesia, diantaranya Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, dan Medan. ACT hadir di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada bulan Ramadhan tahun 2014. ACT telah membuat Integrated Community Shelter (ICL) di beberapa wilayah seperti di Yogyakarta dan Padang. Tujuan pembuatan ICL adalah mempermudah penanganan korban ketika ada musibah dan bisa berjangka panjang. Shelter yang ada di Yogyakarta yaitu di daerah Hargobinangun Pakem. Program-program kemanusiaan ACT diantaranya Solidaritas Kemanusiaan Dunia Islam (SKDI), pendidikan tepian negeri, beasiswa bintang Indonesia, dapur sosial, global qurban, wakap sumur- global wakaf, dan mobile social rescue (MSR). “SKDI dimaksudkan agar ACT tidak hanya fokus pada mengatasi masalah kemanusiaan di Indonesia saja, tetapi juga ke seluruh Negara, khususnya negara muslim misalnya di Gaza, Somalia dan Suriah. Namun tidak menutup kemungkinan juga membantu Negara non muslim lain yang memang membutuhkan bantuan, misalnya Rohingya dan Uygur (Cina) dan Saat ini ACT sudah hadir di 45 negara,” Ujar Agus Budi Hariyadi.

Program pendidikan tepian negeri ditujukan untuk membantu daerah-daerah terpencil. Beberapa program yang sudah disiapkan diantaranya pengadaan sarana, klinik, ruang guru, lapangan, masjid, lahan pertanian dan relawan pendamping. Salah satu daerah yang sudah dibantu di Indonesia yaitu Pulau Kera di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Beasiswa bintang Indonesia diperuntukkan bagi anak-anak Indonesia yang memiliki keinginan kuat untuk bersekolah, namun memiliki kekurangan biaya, sedangkan untuk kegiatan dapur sosial berupa pembagian makanan ke beberapa tempat yang membutuhkan. Salah satu contohnya yaitu di dekat Pasar Beringharjo Malioboro. Rencana selanjutnya di tahun 2017 atau 2018 ACT akan membuka rumah makan atau restauran dengan tujuan agar kaum duafa bisa merasakan makan di tempat yang lebih mewah.

Tujuan dari pelaksanaan global qurban adalah daging qurban tidak hanya dibagikan di Indonesia saja, tetapi juga sampai ke luar negeri. Pada saat ini ACT membuat pusat lumbung ternak masyarakat (LTM) di Blora yang memiliki 100 kelurahan. Hal ini dilakukan untuk memberdayakan para peternak dan meningkatkan pemasukan masyarakat daerah tersebut. Tujuan lain dari pengadaan LTM adalah agar persiapan qurban tidak hanya dilakukan beberapa bulan sebelum qurban tetapi jauh hari sebelum itu.

Program lain ACT yang tidak kalah penting adalah wakaf sumur. Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi keterbatasan air dan mengantisipasi kekeringan. Wakaf sumur ini bisa dilakukan secara personal maupun kelompok. ACT mensurvey daerah-daerah yang memiliki kekurangan air dan menginformasikan kepada para donator terkait hal tersebut, sehingga dari ACT memfasilitasi pembuatan sumur di daerah yang membutuhkan dengan bantuan dari para donatur. Selanjutnya program terakhir ACT adalah mobile social rescue (MSR). MSR menangani seorang korban baik personal maupun kelompok, misalnya penderita kanker. ACT melaksanakan program ini melalui media sosial untuk menginformasikan terkait orang-orang yang membutuhkan bantuan, sehingga ketika ada donator yang ingin membantu dapat menyalurkan bantuannya melalui ACT.

“Melalui kunjungan ini saya merasakan sebuah teguran untuk diri saya sendiri. Banyak sekali orang di luar sana yang memiliki kekurangan daripada apa yang kita miliki saat ini. Kita harus bisa lebih banyak membuka mata untuk melihat, membuka telinga untuk mendengar, membuka hati untuk menolong orang-orang yang membutuhkan dan membuka mulut untuk lebih sering mengucap syukur” Ujar Rizatmi. (HUMAS KMP UNY)