Kajian Praksis Pendidikan KH Ahmad Dahlan oleh Dr. Mohamad Ali

Latar belakang keluarga dan masyarakat berperan penting dalam mengaktualkan kepribadian pragmatis K.H . Ahmad Dahlan sebagai perintis pendidikan berkemajuan. Hal itu juga diperkaya dengan radius pergaulan yang luas pada tingkat nasional (kebangkitan nasional) maupun internasional (diskursus pembaharuan Islam).

Melalui Muhammadiyah, KH Dahlan menempatkan pendidikan menjadi prioritas tertinggi dalam melakukan pembangunan kembali masyarakat. Pendidikan menjadi kunci memajukan bangsa maupun dalam menyejahterakan penduduknya. Beliau menegaskan bahwa pendidikan bukan sekedar dunia persekolahan, tetapi merentang jauh seluas kehidupan itu sendiri, sehingga selain mendirikan sekolah agama modern, juga merintis amal-amal usaha yang lainnya.

Itulah hasil kajian Mohamad Ali, S.Ag., M.Pd. untuk menyusun sebuah karya disertasinya yang berjudul “Pendidikan Berkemajuan: Refleksi Praksis Pendidikan K.H. Ahmad Dahlan”. Hasil kajian tersebut dipaparkan dalam ujian terbuka dan promosi doktor program studi Ilmu Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta pada Selasa 26 Januari 2016.

Dosen FKIP UMS Surakarta tersebut mengemukakan bahwa banyaknya arus pemikiran yang mempengaruhi dan mematangkan pemikiran KH Dahlan, dapat diramu dan diolah sedemikian rupa sehingga memungkinkan melakukan ijtihad secara mandiri. “Berpikir dan bertindak adalah satu rangkaian yang berjalan beriringan. Suatu tindakan dilakukan setelah berpikir mendalam, suatu pemikiran mendalam harus berujung pada sebuah tindakan, “ungkapnya tentang biografi singkat pendiri Muhammadiyah tersebut.

Dalam penelitiannya, ditemukan tiga pilar pemikiran pendidikan berkemajuan yaitu agama, pendidikan, dan kehidupan yang dimaknai secara luas dan sebagai satu kesatuan. Ihwal dan periodisasi pertumbuhan gerakan pendidikan berkemajuan melalui tiga tahap, yaitu masa babad alas (1905-1911), masa embrional (1911-1917), dan masa pematangan struktur (1917-1923).”Struktur pendidikan berkemajuan yang matang tidak terbatas pada persekolahan, tetapi juga mencakup gerakan pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat, seperti aktivitas tabligh, gerakan literasi (media cetak), pelayanan kesehatan (PKU), pemberdayaan perempuan (Sopotresno/Aisyiyah), pembelajaran anak-anak muda(HW), dan pemberdayaan kaum fakir miskin, “imbuhnya.

Temuan terakhir dalam penelitian tersebut adalah dengan kerangka referensi teori pendidikan modern progresif John Dewey dan Islam berkemajuan, praksis pendidikan KH Ahmad Dahlan direkonstruksi menjadi pendidikan berkemajuan. Hal ini dipahami sebagai praksis pendidikan progresif religius yang berlandaskan agama, di atasnya berdiri tiga pilar pemikiran yaitu agama, pendidkan, dan kehidupan sebagai sumber filsafat pendidikan, dan atapnya teori pendidikan yang berdimensi tiga yaitu akal/kecerdasan (intelligence), pengalaman dalam kehidupan sosial (experience), dan berkemajuan (progress).

Penelitian yang menjadi langkah awal untuk mengkaji praksis pendidikan KH A. Dahlan ini mampu menarik perhatian dari tim penguji yang beranggotakan Prof. Dr. Zuhdan K. Prasetyo, M.Ed. (ketua), Dr. Dwi Siswoyo, M.Hum. (sekretaris), Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro (promotor), Prof. Dr. Sutrisno (promotor), Prof. Suyata, Ph.D. (penguji internal) dan Prof. Dr. Harun Joko Prayitno . (penguji eksternal).

Alumni PAI UIN Sunan Kalijaga, dan Magister Pendidikan Dasar PPs UNY ini dinilai mampu memberikan tanggapan dengan baik atas pertanyaan, masukan , dan saran dari tim penguji. Oleh karena itu, Mohamad Ali diyudisium sebagai doktor ke 306 di PPs UNY. (Rubiman)