Doktor ke 86

Mengambil Judul penelitian yang lumayan menarik seputar suku Tionghoa-Jawa, Dr. Bagus Haryono berhasil menyelesaikan studi S3 pada program studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan selama 70 bulan. Berlatar belakang p endidikan nilai demokrasi, status ekonomi sosial, simpati, dan aksi telah me-nyebabkan integrasi sosial antar suku Tionghoa-Jawa di Yogyakarta (YK) lebih sempurna dibandingkan dengan Surakarta (SKA), sekalipun keduanya sama sebagai wilayah bekas Mataram Islam. 

Penelitian ini bertujuan menggunakan hybrid model yang mengintegrasikan structural dan measurement model, untuk menganalisis Integrasi Sosial antar kedua suku di kedua daerah tersebut, yang dilakukan dalam dua tahap.

Dengan populasi seluruh warga suku Tionghoa-Jawa di Kota Yogyakarta dan Surakarta, didapatlah hasil Structural model di YK (dibandingkan SKA dan YK-SKA) terbukti lebih baik (dengan koefisien determinasi/R2 terbesar) dalam menjelaskan Simpati, Aksi dan Integrasi Sosial. Kemampuan structural model di YK, SKA, dan YK-SKA dalam menjelaskan Simpati sebesar 79 %; 56 % dan 64 %, menjelaskan Aksi sebesar 94 %; 59 % dan 79 %, dan menjelaskan Integrasi Sosial sebesar 90 %; 75 % dan 83 %. Pengaruh total Simpati di YK-SKA paling kuat (0,68) menentukan Integrasi Sosial, diikuti oleh SES (0,60), Pendidikan Nilai Demokrasi (0,33) dan Aksi (0,31). Pengaruh total Simpati (0,78), Pendidikan Nilai Demokrasi (0,75) dan Aksi (0,46) terhadap Integrasi Sosial terkuat di YK. Namun pengaruh total SES terhadap Integrasi Sosial terkuat di SKA (0,73).