October 2017

Studi Banding Mahasiswa S2 Pendidikan Sosiologi UNTAN Belajar ke PPs UNY

Dalam rangka untuk saling bertukar wawasan dan menimba pengalaman baru, mahasiswa Magister (S2) Sosiologi FKIP UNTAN mengadakan studi banding ke prodi S2 PIPS Program Pascasarjana UNY pada Kamis, 12 Oktober 2017.  Rombongan tamu disambut oleh kaprodi, Prof. Zamroni, Ph.D. didampingi Dr. Nasiwan, dan mahasiswa Magister  PIPS.

KULIAH UMUM PENDIDIKAN TOLERANSI DI UNI EROPA

Kuliah umum hari ke-2 Kamis, 19 Oktober 2017 dengan tema “Pendidikan Tolerasi di Eropa” diadakan di aula lantai 3 Gedung Pasca Sarjana. Kuliah umum ini dimulai pukul 09.00 – 12.00 WIB yang dihadiri oleh mahasiswa S2 Pendidikan Kewarganegaraan dan S1 Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum. Kuliah umum dengan tema pendidikan toeransi di Uni Eropa disampaikan oleh Prof. Wiel Veugelers, Ph.D ,dosen dari University of Humanistic Studies in Utrecht (the Netherlands).
Kuliah umum oleh Prof. Wiel Veugelers diawali dengan penjelasan bahwa pendidikan di negara Uni Eropa lebih fokus pada pengajaran nilai-nilai umum demokrasi dan toleransi. Demokrasi dan toleransi dianggap sebagai nilai penting bagi negara-negara di Uni Eropa. Beliau menjelaskan tentang karakteristik nilai demokrasi yaitu adanya partisipasi politik, politik demokratis, dan masyarakat demokratis. Partisipasi politik yaitu partisipasi aktif, pengetahuan tentang politik dan institusi politik dan berbagai tingkat pemerintahan, komitmen terhadap keterlibatan politik dan partisipasi aktif dalam masyarakat. Sedangkan politik demokratis yaitu pengetahuan tentang demokrasi dan institusi demokratis, sikap demokratis, pengetahuan tentang demokrasi versus rezim otoriter, keterampilan untuk menganalisis secara kritis politik dan partisipasi. Sedangkan masyarakat demokratis yaitu masyarakat yang memiliki sikap positif terhadap kebebasan berbicara; komitmen terhadap pembangunan konsensus, menyeimbangkan antara kebebasan dan persamaan, komitmen untuk membuat masyarakat lebih demokratis, adil, dan inklusif.
Prof. Wiel juga menjelaskan tentang karakteristik nilai toleransi, yang terdiri dari hubungan interpersonal, toleransi terhadap kelompok budaya yang berbeda, dan masyarakat inklusif. Nilai toleransi dalam hubungan interpersonal meliputi kompetensi sosial, empati, kontak interpersonal, perilaku hormat di ruang publik. Toleransi terhadap kelompok budaya yang berbeda maksudnya keragaman etnis, kebebasan beragama, perbedaan seksual / LGBT, menghormati hak-hak minoritas, terlibat dengan kelompok sosial dan budaya lainnya, toleransi terhadap sudut pandang yang berbeda. Sedangkan dalam masyarakat inklusif yaitu pengetahuan tentang proses inklusi dan pengucilan, hak asasi manusia, dalam kesetaraan, diskiminasi, dan keadilan sosial, komitmen untuk mengurangi ketidaksetaraan, diskriminasi dan ketidakadilan sosial.
Dalam kajian kurikulum di Uni Eropa, perhatian yang lebih besar terhadap pengajaran nilai-nilai, termasuk demokrasi dan toleransi, terbukti dalam kebijakan pendidikan semua negara anggota Uni Eropa. Setengah dari negara Uni Eropa mengajarkan Teaching Common Values (TCV) cukup penting. Dibandingkan dengan topik dan bidang studi lainnya, perhatian yang diberikan kepada TCV masih kurang.
Prof. Wiel menjelaskan mengenai demokrasi di negara Uni Eropa, yaitu fokus dalam praktik partisipasi politik, kurang pada demokrasi sebagai proses musyawarah dan pembangunan konsesus, dan kurang menciptakan masyarakat demokratis yang menghargai kebebasan berbicara, persamaan dan membuat masyarakat lebih adil dan inklusif. Dalam hal toleransi, beliau menjelaskan bahwa toleransi khususnya di tingkat interpersonal, cukup banyak pada tingkat kelompok budaya, tapi sangat sedikit di tingkat masyarakat inklusif. Orientasi nasional mendapat banyak perhatian dalam kebijakan pendidikan, perhatian yang diberikan pada dimensi internasional tidak terlalu kuat, meski berkembang, mengajarkan tentang negara sendiri sering kali rentan terhadap pendekatan yang tidak kritis. Di beberapa anggota Uni Eropa, ada kecenderungan kuat untuk memisahkan siswa ke dalam kelompok yang berbeda berdasarkan perbedaan kemampuan belajar. Hal ini mengurangi kemungkinan untuk belajar tentang perbedaan sosial dan budaya. Unsur kedua yang membatasi keragaman di kalangan siswa adalah prevalensi sekolah swasta atau agama.
Setelah Prof. Wiel Veugelers menyampaikan materi tentang pendidikan toleransi di Uni Eropa, dilanjutkan dengan diskusi tanya jawab. Meskipun kulilah umum berjalan sepenuhnya menggunakan Bahasa Inggris, tidak membatasi peserta kuliah umum untuk berpartisipasi dalam diskusi tanya jawab. Setelah diskusi selesai, kuliah umum ditutup dengan pemberian cinderamata oleh Dr. Samsuri kepada Prof. Wiel. (Patmisari/ PPKn- S2)

KULIAH UMUM MORAL DAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI ABAD 21

Rabu, 18 Oktober 2017 diadakan kuliah umum yang bertema “Kecenderungan Pendidikan Moral dan Kajian Kewarganegaraan pada abad ke-21” di aula lantai 7 gedung pasca sarjana. Kuliah umum ini dimulai pukul 09.00 – 12.00 WIB yang dihadiri oleh mahasiswa S2 Pendidikan Kewarganegaraan dan S1 Pendidikan Kewarganegaraan serta beberapa mahasiswa ilmu sosial. Acara dimulai dengan sambutan dan pembukaan dari Dr. Suharno, M.Si selaku ketua jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Pasca Sarjana. Kuliah umum dengan tema kecenderungan pendidikan moral dan kajian kewarganegaraan pada abad ke-21 ini disampaikan oleh Prof. Wiel Veugelers, Ph.D dengan didampingi Dr. Samsuri, M.Ag. Prof. Wiel Veugelers adalah dosen dari University for Humanistic Studies in Utrecht (the Netherlands). Beberapa penelitian dan ruang lingkup pengajaran antara lain dalam bidang pendidikan kewarganegaraan, perkembangan moral, kemampuan pedagogig guru, dan sebagainya.
Acara kuliah umum diawali dengan penjelasan tentang konsep moral. Prof. Wiel Veugelers menjelaskan bagaimana pendidikan karakter di sekolah untuk menumbuhkan rasa hormat yaitu pendidikan karakter yang berfokus pada kebaikan, kelakuan, kemudian ada penetapan nilai dan penyesuaian diri. Beliau menjelaskan bahwa pendidikan moral itu dengan reading the world not the word, pendidikan moral tidak hanya sebatas kata, tetapi harus dipraktekan dalam kehidupan nyata untuk mencapai kehidupan yang lebih demokratis, perubahan atau keadilan sosial melalui pendidikan yang kritis. Nilai- nilai moral di dunia tampak berbeda, lebih interaktif di antara perbedaan nilai moral, dan lebih banyak nilai moral campuran. Perbedaan nilai moral di dunia disebabkan karena sumbernya berbeda. Sumber- sumber nilai moral berasal dari kebudayaan, kepercayaan atau agama, pandangan politik, dan pilihan masing-masing individu.
Pendidikan moral dalam pelaksanaanya melalui metode pengajaran, budaya sekolah yang di dalamnya terdapat partisipasi, hubungan baik, dan kerjasama antara siswa dan guru. Selain itu di dalam kurikulumnya terdapat mata pelajaran khusus pendidikan moral, terintegrasi dalam mata pelajaran dan melalui kegiatan lintas kurikuler. Prof. Wiel juga menyebutkan bahwa ada 3 tujuan pedagogik dalam pengembangan pendidikan moral dan kewarganegaraan yaitu kedisiplinan, kemandirian, dan solidaitas. Tujuan itu dicapai dengan cara beradaptasi, individualistis, dan demokrasi kritis.
Meskipun Prof. Wiel menyampaikan materi kuliah umum menggunakan Bahasa Inggris sepenuhnya, tetapi tidak mengurangi antusias mahasiswa peserta kuliah umum. Prof Wiel memberikan kesempatan bagi para peserta untuk berdiskusi terkait materi yang disampaikan tentang pendidikan moral. Peserta terlihat aktif dalam memberikan tanggapan maupun pertanyaan. Setelah selesai berdiskusi, kuliah umum ditutup dan dilanjutkan hari ke-2 Kamis, 19 Oktober 2017 dengan tema Pendidikan Toleransi di Eropa. (Patmisari/ PPKn- S2)

Mahasiswa S2 dan S3 mengikuti Guest Lecture oleh Prof. Mingchang Wu dan Assoc. Prof. Dr. Margarita Pavlova

Mahasiswa S2 dan S3 dari jurusan Pendidikan Teknologi dan kejuruan (PTK), Pendidikan Teknik Informasi (PTI), Pendidikan Teknik Elektronika (PTE), Pendidikan Teknik Mesin (PTM) dan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) mengikuti General Lecture (Sabtu, 30/9/17) dengan tema “Cutting Edge Research Trend in Vocational Education” yang disampaikan oleh Prof. Mingchang Wu yang merupakan Dekan dari National Yunlin University of Science and Technology, Taiwan dan “Vocational Education in facing Economic Challenge in Asean Economic Community (AEC)” yang disampaikan oleh Assoc. Prof. Dr. Margarita Pavlova dari Departement on International Education and Lifelong Learning The Education University of Hongkong.
Pada sesi pertama Prof. Wu mengawali kuliahnya dengan memotivasi mahasiswa tentang bagaimana sukses dalam studi, karir dan kehidupan. Beliau menghimbau bahwa mahasiswa harus menyeimbangkan kehidupan akademisnya dengan kehidupan sosialnya. Selain belajar mahasiswa dianjurkan meluangkan waktunya untuk berolahraga, melakukan hobinya dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
Selanjutnya Prof.Wu mengajarkan pada mahasiswa bagaimana memahami sebuah paper penelitian dan mengaplikasikannya pada penelitian yang sedang dikakukan. Selain itu beliau memaparkan tentang isu-isu yang dapat diteliti secara individual dan topik-topik yang disarankan untuk penelitian di bidang pendidikan kejuruan.
Berbeda dengan Prof. Wu, Prof. Pavlova memberikan pengetahuan yang sangat baru bagi mahasiswa, yaitu mengenai pendidikan teknologi dan kejuruan untuk perkembangan sosial dan ekonomi di kawasan Asia. Beliau memaparkan tentang peran pendidikan kejuruan dalam pencapaian tujuan SDG (Sustainable Development Goals). “Ke depan pendidikan kejuruan harus lebih menyiapkan green skills untuk turut mensukseskan tujuan SDG”, tambahnya. (Manggalasari)

Alumni UNY Harus Respon Terhadap Perubahan Global

Perubahan global terjadi dengan sangat cepat. Kemajuan dunia pendidikan diperkirakan masih ketinggalan 1-2 tahun terhadap kebutuhan dunia kerja. “Ini yang harus kita sadari bersama. Mengutip ajakan presiden Jokowi, jangan sampai kita terjebak rutinitas, keseharian kita dan tidak sadar bahwa dunia sudah berubah sangat cepat”, ungkap Dr. Moch. Bruri Triyono dalam Yudisium lulusan Program Pascasarjana UNY, Jumat, 29 September 2017.

PPs UNY Terima 11 Mahasiswa Asing Program KNB

Program Pascasarjana (PPs) UNY sebagai salah satu pengelola Program Beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB) Kemristek Dikti kembali menerima 10 mahasiswa asing dari beberapa Negara di antaranya dari Mexico, Burundi (2), Rwanda, Mali, Turkmenistan, China, Laos, dan Thailand (2). Selain itu, UNY juga mendapat kepercayaan untuk menerima 1 mahasiswa asal Hungaria yang merupakan Program Kerja Sama Pemerintah RI dengan Hungaria untuk program BIPA.

Mahasiswa MP, Calon Pemimpin Yang Besar dan Terpercaya dalam Bidang Pendidikan

“Perlu diketahui bersama bahwa visi prodi Manajemen Pendidikan (MP) ke depan adalah Big and Trusted Leader in Education. Alumni MP diproyeksikan menjadi pemimpin besar dan terpercaya dalam bidang pendidikan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, simaklah dengan seksama paparan yang disampaikan oleh dosen tamu kita dari Universitas Negeri Surabaya”, ungkap Prof. Dr. Sugiyono selaku kaprodi S-2 dan S-3 MP PPs UNY dalam pembukaan guest lecture pada Kamis, 28 September 2017.

Pages